Lihat ke Halaman Asli

Mas

yesterday afternoon a writer, working for my country, a writer, a reader, all views of my writing are personal

Chinese Academy of Scienses Inspirasi BRIN?

Diperbarui: 5 Januari 2022   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Megawati Soekarno Putri. (KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES)

BRIN merupakan badan riset inovasi yang harusnya bekerja secara independen berdasarkan prinsip dan metodologi ilmiah teknis yang obyektif dan rasional. Sementara BPIP sangat ideologis. Dalam berbagai kesempatan, partai pemenang pemilu 2019, PDI-P dikabarkan terinspirasi oleh efektivitas lembaga seperti Chinese Academy of Sciences yang menata pemanfaatan sains dan teknologi dengan pendekatan sentralistik. Sejak terilhami keberadaan lembaga tersebut, partai berkuasa di Indonesia pun getol menyampaikan ide-idenya melalui Undang Undang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telah disahkan pada 2019.

Diketahui, Guru Besar Tetap di bidang Hubungan Internasional Universitas Lembaga Ilmu Pengetahuan Sosial Tiongkok (University of Chinese Academy of Social Sciences/CASS), Xu Liping mengaku mengikuti dan mempelajari sepak terjang Megawati selama ini. Di era pemerintahan Megawati, saat itu Indonesia dalam transisi. Banyak ketidak pastian yang muncul. Namun dengan Pancasila, saat itu persatuan tetap bisa dijaga dengan baik. "Berdasarkan pengalaman akademik saya sebagai dosen di bidang hubungan internasional dan peneliti senior di bidang strategi, saya menilai jasa dan kontribusi ilmiah Megawati Soekarnoputri sudah memenuhi syarat dan ketentuan untuk diusulkan menjadi Guru Besar Tidak Tetap di Unhan RI bidang keilmuan Kepemimpinan Strategik," pungkas Xu Liping.


Baca: Ideologi Bukan Pengendali Ilmu Pengetahuan?

Benarkah efektivitas lembaga seperti Chinese Academy of Sciences menginspirasi BRIN? 

Kebangkitan ekonomi China disertai peningkatan kecakapan ilmiahnya. Pada bulan Januari 2018, National Science Foundation melaporkan bahwa jumlah publikasi ilmiah dari China pada tahun 2016 melebihi jumlah publikasi dari Amerika Serikat untuk pertama kalinya: 426.000 berbanding 409.000. Mungkin skeptis, bahwa ini tentang kualitas, bukan kuantitas. Tetapi gagasan lama yang menggurui bahwa Cina, seperti negara-negara Asia Timur lainnya, dapat meniru tetapi tidak berinovasi tentu anggapan ini salah. 

Di beberapa bidang ilmiah, Cina mulai mengatur langkah untuk diikuti orang lain. Saat ini sumber daya yang tersedia bagi para ilmuwan top China membuat iri banyak rekan barat. Padahal ilmuwan China terbaik akan mengemasi tas mereka untuk pergi ke padang rumput yang lebih hijau di luar negeri, hari ini adalah umum bagi peneliti pascadoktoral China mendapatkan pengalaman di laboratorium terkemuka di barat dan kemudian pulang ke rumah di mana pemerintah China membantu mereka mendirikan laboratorium yang akan melampaui pesaing utama: barat.

Banyak yang terpikat Thousand Talents Plan, di mana para ilmuwan berusia di bawah 55 tahun (baik warga negara China atau bukan) diberikan posisi penuh waktu di universitas dan institut bergengsi, dengan gaji dan sumber daya yang lebih besar dari biasanya. " Deng Xiaoping mengirim banyak pelajar dan cendekiawan Tiongkok keluar dari Tiongkok ke negara maju 30 hingga 40 tahun yang lalu, dan sekarang saatnya bagi mereka untuk kembali," kata George Fu Gao dari Institut Mikrobiologi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok di Beijing.

"Paket startup untuk peneliti di universitas bagus di China bisa jauh lebih tinggi daripada yang bisa ditawarkan universitas Hong Kong," kata Che Ting Chan, fisikawan di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong. "Mereka menyediakan lebih banyak ruang laboratorium dan dapat membantu menenangkan pasangan." Hal itu, katanya, "membuat perekrutan staf pengajar muda semakin menantang di sini." Negara-negara Asia Timur kaya lainnya, seperti Singapura dan Korea Selatan, juga akan merasakan persaingan.

Pihak otoritas China mengejar dominasi ilmiah dengan tekad yang sistematis. Pengeluaran tahunan untuk penelitian dan pengembangan di Tiongkok meningkat dari tahun 1995 hingga 2013 dengan faktor lebih dari 30, dan mencapai $234 miliar pada tahun 2016. Jumlah publikasi internasional yang keluar dari Tiongkok tetap sejalan dengan peningkatan ini. "Uang berlimpah untuk peneliti China tertentu, mungkin lebih banyak daripada pesaing mereka, terutama jika mendapatkan keunggulan," kata ahli biologi sel induk Robin Lovell-Badge dari Francis Crick Institute di London.

Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan lingkungan penelitian yang inovatif dan tumbuh di dalam negeri, kata Mu-Ming Poo dari Institute of Neuroscience  Chinese Academy of Sciences di Shanghai. "Pemerintah mulai menyadari bahwa investasi besar dan perekrutan talenta dari luar negeri tidak cukup. Kita perlu membangun infrastruktur dan mekanisme yang memfasilitasi inovasi di Tiongkok." Itu tidak mudah, dan tidak akan terjadi dengan cepat. 

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menyebut, negara dan kebijakan publik mesti mendukung dan melakukan investasi serta menguasai modal ilmiah dan teknologi. "Selama ini, kita kurang mengembangkan teknolog dan modal ilmiah sehingga nilai tambah produk produk pertanian kita diambil orang lain," kata Muhaimin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline