Lihat ke Halaman Asli

khairi luthfi

Mahasiswa

Kisah Penjual Siomay di Mukhtamar

Diperbarui: 6 Desember 2022   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arsip dokumen penulis

   

Surakarta - disaat ramainya acara Mukhtamar Muhammadiyah 2022 tepat di pinggir jalan depan pabrik gula, tampak seorang penjual siomay yang sedang menyiapkan dagangannya dan membersihkan gerobaknya untuk mulai berjualan. 

Berbaju coklat dan bertopi coklat tak luput dengan tas cangklong abu-abu yang ia kenakan. Ia berjualan dengan penuh semangat dan murah senyum. Dari situlah pembeli senang untuk membeli daganganya dengan penuh keramahan. Sosok itu ialah Gibran, seorang penjual siomay berumur 22 tahun asal purbalingga. 

Berjualan siomay sejak tahun 2006, Gibran dulunya sempat menjadi seorang kuli selama 1 tahun, lalu saat ini berjualan menjadi tukang siomay keliling. "Dulu saya sempat ingin berjualan yang lain selain siomay di Brunei Darussalam selama 3 tahun tapi tidak jadi, sekarang sudah bekerja disini menjadi tukang siomay tidak ada kepikiran untuk kesana lagi", ujar Gibran.

Berangkat dari Pajang pagi menuju Surakarta ia lakukan setiap harinya dari 2006 hingga saat ini, ia selalu berjualan keliling atau menetap ditempat-tempat seperti acara-acara ramai dan kali ini ia dikasih kesempatan untuk berjualan di event Mukhtamar Muhammadiyah 2022 yang diselenggarakan di Surakarta, event ini merupakan salah satu peluang besar baginya untuk mendapatkan penghasilan lebih dari ramainya pengunjung yang datang diacara tersebut. Tak hanya dari itu terkadang setiap harinya pondok pesantren Assalam Surakarta sering memesan siomaynya hingga 800 ribu perharinya, untuk kebutuhan kantin.

Berjualan siomay sejak dulu sampai saat ini menjadi hobi yang menyenangkan baginya, ia tidak pernah malu ataupun lelah dengan apa yang ia jalani sampai saat ini, ia melakukan dengan sabar dan ikhlas. baginya hanya dari situlah rezeki keluarganya dan hanya itu yang dapat Gibran lakukan demi menghidupkan keluarganya. mempunyai satu anak kecil dan istri menjadi tanggung jawab Gibran sebagai sosok seorang ayah sekaligus kepala keluarga. 

Suka duka yang Gibran alami pada saat berjualan siomay pada saat awal sampai saat ini yaitu ia banyak sukanya, karena sudah menjadi hobi baginya yaitu berjualan dan apalagi pada saat daganganya laku sampai habis membuatnya merasa senang pada hari itu, dukanya mungkin ketika dagangan yang ia jual tidak habis pada saatnya sudah jam pulang. Penghasilan terbesar dari jualan siomay yang Gibran dapatkan yaitu akhinya bisa membeli rumah dan sepeda motor.

Sosok seorang ayah pekerja keras dan tekun penuh tanggung jawab terlihat dalam diri Gibran yang selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak dan juga istrinya dari hasil yang ia dapatkan dari menjadi pedagang siomay keliling.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline