Lihat ke Halaman Asli

Kertas Putih Kastrat (KPK)

Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM IKM FKUI 2022

How to Get Away with Murder: Minuman Topping Arsenik Spesial untuk Cak Munir

Diperbarui: 16 Agustus 2022   19:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Munir Said Thalib, Aktivis HAM Indonesia

Penulis: Clarabelle Aurelia

Arsenik, The Poison of Kings

Dari kisah kematian Claudius hingga Munir, peracunan merupakan salah satu metode pembunuhan paling efisien yang dikenal umat manusia. Racun-meracun mulai dilakukan sejak awal peradaban dan kian populer di zaman Roma Kuno. Julia Agrippina (Agrippina the Younger) adalah Permaisuri Roma yang berperan penting dalam masa Dinasti Julius-Claudius. Ia dikenal sebagai sosok yang kejam, ambisius, sangat mendominasi, dan tidak segan-segan untuk menghabisi siapapun yang menghalangi rencananya. Perannya sebagai wanita pada masa itu dalam politik bahkan dapat disetarakan dengan laki-laki. Ia membunuh suami keduanya, Passienus dan istri pertama Kaisar Claudius, Valeria, sehingga dapat menikahi Sang Kaisar yang sekaligus pamannya. Dengan rencananya ini, ia bisa mendapatkan kekuasaan politik dan mengangkat anaknya, Nero, menjadi penerus Kaisar selanjutnya. Setelah rencana tersebut berhasil, ia meracuni Britannicus, anak Claudius yang merupakan pewaris takhta pertama lalu membujuk Sang Kaisar untuk mengangkat Nero menjadi Kaisar selanjutnya. Claudius, yang tak tahu akan rencana Agrippina pun setuju dan tanpa sadar membantu Agrippina menghabisi dirinya sendiri. Rencana Agrippina diakhiri dengan tamatnya riwayat Claudius, sedangkan Nero pun naik takhta pada usia yang sangat muda, yakni 16 tahun. (1-3)

Gambar: Agrippina dan Anaknya, Nero (3)

Racun yang digunakan oleh Agrippina kala itu adalah arsenit trioksida, salah satu bentuk arsenik. Arsenik adalah salah satu racun yang populer digunakan sejak zaman kekaisaran Roma untuk membunuh rival yang turut memperebutkan takhta kekuasaan. Maka dari itu, arsenik dikenal sebagai the poison of kings. Sifat arsenik yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan sulit meninggalkan jejak, memudahkan sang dalang pembunuhan untuk melancarkan aksinya. (1)

Mengenal Arsenik

Gambar 1.  Arsenik (4)

Arsenik adalah senyawa kimia golongan metaloid yang tersebar secara luas di alam. Berdasarkan etimologi, arsenik berasal dari bahasa Yunani arsenikon yang secara harfiah berarti ampuh, manjur. Arsenik yang umum ditemukan dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu garam organik, garam anorganik, dan gas (arsine). Perbedaan bentuk ini akan berpengaruh terhadap potensi toksik arsenik. Wujud gas arsine merupakan bentuk arsenik yang paling berbahaya karena dapat secara mudah masuk ke dalam tubuh, disusul dengan bentuk garam anorganik, dan yang terakhir bentuk garam organik.  Bentuk garam anorganik lebih beracun jika dibandingkan dengan bentuk organiknya karena lebih mudah larut dalam air. Bentuk arsenik anorganik dapat dibagi lagi menjadi dua berdasarkan valensi (muatan senyawa), yaitu arsenit (valensi 3) dan arsenat (valensi 5). (5,6)

Mekanisme toksisitas arsenik pada tubuh bergantung pada valensinya. Metabolisme arsenik akan mengakibatkan terinaktivasinya sekitar 200 enzim yang berperan dalam pembentukan energi dan sintesis serta perbaikan DNA (deoxyribonucleic acid). Dalam tahap glikolisis, arsenat mampu menggantikan senyawa fosfat, kemudian akan menghambat kerja enzim heksokinase yang dibutuhkan untuk memecah glukosa pertama kali. Akibatnya, akan terjadi penurunan terbentuknya ATP (adenosine triphosphate) yang digunakan sebagai sumber energi seluler. Sedangkan, arsenit, arsenik dengan valensi lain, akan berikatan dengan gugus tiol dan sulfhidril yang berfungsi sebagai komponen utama protein dan enzim dalam tubuh. Alhasil, akan terjadi disregulasi kerja protein serta enzim yang berfungsi dalam metabolisme seluler sehingga ATP yang dihasilkan akan berkurang pula. Ditambah lagi, arsenik juga menghasilkan radikal bebas seperti reactive oxygen species dan reactive nitrogen species yang dapat memicu stres oksidatif, inflamasi, hingga kematian sel (apoptosis). Jika terjadi paparan secara terus menerus, arsenik dapat menyebabkan penyakit jantung, diabetes, kerusakan saraf, kerusakan hati, kanker, dan bahkan kematian. (5,7-9,11)

Secara klinis, keracunan arsenik dapat ditandai dengan beberapa gejala. Jika terjadi paparan akut, gejala yang paling umum muncul adalah muntah, nyeri perut, diare seperti susu yang disertai darah. Sementara itu, jika terjadi paparan kronis, manifestasi klinis biasanya sudah mencakup seluruh sistem tubuh, seperti ditemukannya arsenik dalam jumlah besar dalam hati, ginjal, paru dan jantung, serta dalam jumlah yang lebih kecil pada sistem saraf, saluran pencernaan, dan limpa. Arsenik juga umum ditemukan pada bagian tubuh yang mengandung banyak keratin, seperti rambut, kulit, dan kuku. Selain itu, gejala yang dapat dilihat secara langsung adalah munculnya garis putih pada kuku, hiperpigmentasi kulit, dan hiperkeratosis (penebalan kulit). (7,11)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline