Lihat ke Halaman Asli

Ken Terate

Penenun Kata

Mengapa Menyebarkan Salinan "PDF" itu Dosa?

Diperbarui: 11 Februari 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Awalnya anggota grup WhatsApp itu membicarakan cerita enteng-entengen. Lalu ada yang nyeletuk, "Wah, mirip seperti yang dikatakan ahli sosial X di bukunya yang berjudul Y."

Anggota lain menimpali, "Ada yang punya PDF-nya?"

"Jangan dong," timpal yang lain, "Haram baca buku bajakan."

Orang yang minta salinan PDF itu kekeuh, "Buku gratis adalah hak segala bangsa."

Gundulmu, batin saya. Saya --yang memang hidup dari menulis---hanya mencoba mengingatkan secara halus, "Penulisnya juga manusia loh, masih butuh makan nasi dan teman-temannya. Belum bisa ngambil energi dari udara aja." Komentar itu nggak membuat perbedaan (udah saya duga, sih). Tak berapa lama, si pemburu-buku-gratisan itu mengirimkan file PDF berisi buku yang tadi dibicarakan. Rupanya ia barusan ngubek-ngubek Internet dan yup, berhubung itu buku populer, mudah banget cari versi PDF-nya.

Pembicaraan ini terjadi di grup sebuah alumni yang anggotanya rata-rata sarjana dan menempati jabatan tinggi dalam pekerjaan mereka. Ironis sekali rasanya mengingat harga buku yang mereka bicarakan itu sekitar Rp100.000, lebih murah daripada uang mereka keluarkan sekali duduk di Starbucks. Dengan harga segitu, kopi yang mereka teguk setengah jam bakal jadi air kencing, sementara buku yang mereka beli dan baca (misalnya beneren dibeli dan dibaca) bakal jadi pengetahuan sepanjang hidup.

***

Mencuri itu dosa. Andai pun nggak takut masuk penjara, kebanyakan orang menahan diri dari tindak pencurian karena takut DOSA.

Korupsi itu dosa. Nyaris semua mengerti mengapa korupsi itu dosa. Demikian pula dengan menyelinap naik bus tanpa bayar, berzina, atau mengkonsumsi narkoba. Gampang dimengerti mengapa tindakan-tindakan itu termasuk dosa. Tetapi mengapa membaca buku bajakan itu dosa sangat sulit dipahami tampaknya.

Pertama banyak orang nggak mengerti mengapa kita perlu membayar untuk membaca. Apalagi di era medsos saat ini, kita bisa membaca segala macam tulisan di dunia maya dengan gratis. Cerpen, novel, cerpen, puisi, hingga artikel bisa dibaca tanpa keluar duit. Masa mau baca aja kudu bayar? Itu jadi mindset paten.

Kedua banyak yang nggak ngerti apa ruginya bagi penulis untuk memberikan tulisannya dengan cuma-cuma. "Kan nggak rugi. Kamu kan cuma ngetik. Nggak keluar modal. Nggak keluar tenaga."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline