Lihat ke Halaman Asli

Feliciano K. Sila

Peziarah di Jalan Kehidupan

Pendidikan: Ibu Segala Toleransi

Diperbarui: 18 April 2022   04:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

aneka warna dalam satu rangkaian /Dokumentasi pribadi

Kemajemukan, kebhinekaan, perbedaan adalah sesuatu yang natural. Artinya, ia lahir secara alamiah dari adanya, tanpa perlu adanya campur tangan manusia. Asalnya adalah kodrati. Jadi kalau menentang sesuatu yang kodrati itu berarti kla melawan hukum alam. 

Dalam perspektif ini, segala kemajemukan semestinya menjadi sesuatu yang lumrah. Bukan sebaliknya. 

Salah satu fenomena yang sering kali melahirkan perdebatan panjang adalah fenomena agama dan segala kerumitannya. Kalau semua pemeluk agama benar-benar dewasa dalam imannya, tentu setiap pengaruh dari luar akan ditimbang secara matang keabsahannya, benar atau tidak. Dalam titik ini pendidikan memainkan peranan yang sangat penting. 

Pendidikan ini menyangkut individu, keluarga dan komunitas, para pendidik dan anak didik. Apa yang menjadi bahan didikan dan dari perpspektif mana kita membiarkan diri untuk dididik. 

Seperti dalam semua bidang kehidupan, pendidikan adalah ibu segala toleransi. Memaknai toleransi bukan sekedar bersikap tolerir, membiarkan orang lain yang berbeda keyakinan untuk menjalankan keyakinannya, tetapi lebih dari itu, memaknai toleransi sebagai sebuah sikap keadilan: "memberikan" kepada orang lain apa yang menjadi haknya, sebagaimana saya menggunakan hak saya dan orang lain perlu menghargai hak-hak saya itu.     

Termasuk dalam aspek pendidikan sebagai ibu toleransi adalah belajar untuk saling mengenal satu sama lain. Karena pengetahuan adalah senjata kebenaran. Mengetahui kebenaran kita tidak mudah diperbodoh, diperalat, atau diadu domba. 

Mengetahui kebenaran bukan untuk mencapai kebenaran tunggal, tetapi memahami bahwa kebenaran bukanlah hak milik pribadi, kelompok atau golongan. Semakin mengetahui, kita semakin memahami, dan semakin kita memahami kita akan semakin bersikap dan bertindak adil.  

Kami lahir di tengah komunitas mayoritas dengan kehadiran saudara-saudari dari agama-agama lain. Di rumah, di sekolah atau dalam komunitas keagamaan kami belajar tentang agama kami dan dalam hubungannya dengan agama-agama lain tanpa pernah diajari untuk menggunakan skala dalam menilai agama. 

Artinya, kami tidak diajarkan untuk memahami agama kami sebagai yang terbaik. Semua agama pada hakikatnya adalah baik. Konsekuensinya, ketika kita menjadi umat sebuah agama maka kita harus konsisten. Untuk urusan agama, meski tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia (karena tidak semua negara memuat kolom ini), urusan agama adalah hak asasi setiap orang.   

Sebuah musik indah karena not-notnya. Ada yang menciptakan lagu dan ada yang menyanyikannya. Sebuah karangan bunga menjadi lebih indah oleh penyatuan bunga berwarna-warni. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline