Lihat ke Halaman Asli

Feliciano K. Sila

Peziarah di Jalan Kehidupan

Petuah di Pinggir Sungai

Diperbarui: 10 Agustus 2020   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

F.K.Sila - dokpri

Sore ini kami berdua turun ke sungai sambil melepas lelah, berangkulan menuruni bukit kecil sebelum mencapai bibir air mengalir. Aku dan kakek. 

Ia mengajakku menemui sunyi, hanya berteman kokok ayam dari rumah-rumah di pusat kampung, nyanyian burung-burung dari ranting-ranting segar dan gemericik air yang mengalir menyerempet bebatuan. 

Langit kemerahan. Kami lalu duduk di pinggir kali beralaskan rumput hijau di bawah rindang pohon cemara. Angin bertiup halus mengelus wajah kami. 

"Lihat, air sungai ini mengalir bersama tiada putus, selalu mencari celah di antara bebatuan untuk menemukan jalannya dan air meski tetap air ia tak selalu sama. Yang lewat telah berlalu, yang datang akan berlalu". 

"Mengalirlah kau bersama arus kehidupan ke mana ia membawamu. Temukan jalanmu bila ada bebatuan yang menghimpit arus gerak majumu. Detik ini sebentar lagi berlalu dan yang akan datang akan tinggal kenangan. Bila detik ini tak kau isi dengan bergerak maju, kau telah kehilangan kesempatan. Bila itu kau jumlahkan, ibarat banyaknya liter air yang terbuang tanpa kesempatan memberi hidup".

Ia merangkulku dan kami tidak lagi berkata apa-apa. Riak air terdengar makin keras karena keheningan jiwa lebih besar dari gemuruh dunia. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline