Lihat ke Halaman Asli

Ayah Tunggal, Mampukah Mengasuh Anak Tanpa Sosok Ibu?

Diperbarui: 21 Oktober 2019   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orangtua tunggal (www.huffpost.com)

Keluarga yang ideal, terdiri dari ibu, ayah dan anak. Namun akibat perceraian atau salah satu dari orangtua meninggal, kemudian muncullah istilah yang disebut "orangtua tunggal". Fenomena orangtua tunggal atau single parent ini mungkin sangat banyak kita jumpai.

Orangtua tunggal dalam pengertian psikologis adalah orangtua yang terdiri dari ayah maupun ibu yang siap menjalani tugasnya dengan penuh tanggung jawab dalam mengasuh anak dan mengurus rumah tangga. 

Pertaruhan orangtua tunggal di sini lebih mengarah ke tanggung jawabnya. Menjadi orangtua tunggal tentu tidaklah mudah, terlebih di masa awal-awal perpisahan dengan pasangannya. Namun, itulah risiko yang harus diambil jika memang enggan untuk membuat komitmen baru dengan orang baru, dan memilih sendiri dengan anaknya.

Berdasarkan apa yang saya jumpai selama ini, kebanyakan single parent adalah dari jajaran ibu. Namun di sisi lain, Pew Research Center, lembaga survei Amerika Serikat menyatakan bahwa terdapat 2,67 juta rumah tangga dijalani tanpa ibu sebagai sosok pengasuhnya. 

Survei ini membuktikan bahwa sosok ayah tunggal dalam sebuah keluarga itu memang ada. Jadi tidak hanya ibu yang bisa berjuang sendiri setelah perceraian (baik dari cerai pisah atau cerai mati), namun ayah juga.

Sementara itu survei yang diungkapkan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia dalam data penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut wilayah dan status perkawinan Indonesia di Provinsi Jawa Tengah per tahun 2015, mengungkapkan bahwa status ayah tunggal lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan ibu tunggal. 

Survei itu juga mengatakan bahwa terdapat laki-laki yang cerai hidup sebanyak 117.891 orang, dan cerai mati sebanyak 301.649 orang. Dari data ini dapat kita simpulkan, bahwa faktor terjadinya ayah tunggal lebih banyak disebabkan oleh kematian sang istri.

Menjadi single parent dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah, terlebih bagi seorang ayah yang harus mengasuh anaknya seorang diri karena bercerai dari istrinya atau istrinya meninggal dunia. 

Hal tersebut membutuhkan perjuangan berat untuk membesarkan anak, termasuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Dan yang lebih memberatkan lagi adalah anggapan dari lingkungan yang sering memojokkan para ayah single parent, hal tersebut bisa jadi akan mempengaruhi kehidupan si anak.

Seperti yang sempat disinggung di atas, bahwa keluarga yang ideal adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Jika ada salah satu yang tidak ada, maka tentu dalam hal pengasuhan akan berbeda caranya. Karena setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-masing. Sama halnya dengan keluarga yang tidak mempunyai sosok ibu dalam pengasuhan anak.

Dalam pandangan masyarakat, ibu sebagai orangtua tunggal mungkin terlihat biasa dan tidak dianggap peran yang sulit untuk dijalankan. Peran ayah tunggal dalam mengasuh anak, sampai saat ini masih dirasa bukan hal yang mudah untuk dilakukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline