Lihat ke Halaman Asli

Kemal Al Kautsar Mabruri

Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia

Limbah Masker Melonjak Tinggi Selama Pandemi, Ekosistem Lingkungan Terganggu

Diperbarui: 23 Februari 2021   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seseorang Sedang Mengumpulkan Limbah Masker. Sumber: katadata.com

Pandemi Covid-19 masih ada dan terus meningkat kasusnya di Indonesia bahkan di dunia, anjuran menaati protokol kesehatan (Prokes) juga terus dikampanyekan dimana-mana. Terhitung hingga saat ini maka bisa dikatakan pandemi Covid-19 telah berlangsung selama setahun lebih. 

Banyak kebiasaan baru yang dilakukan masyarakat berbeda dari hal yang biasa dilakukan ketika keadaan normal, salah satunya adalah memakai masker. Masker sendiri merupakan salah satu hal yang wajib dikenakan ketika kita keluar ruangan. Banyak sekali beredar jenis masker di masyarakat dan yang biasa dipakai dan dikenal seperti masker medis sekali pakai.

Namun, alih-alih menjadi tameng penyelamat kesehatan bagi pemakainya. Kini, limbah masker sekali pakai menjadi permasalahan baru di tengah-tengah masyarakat. Menurut sumber yang diperolah dari oceansasia.org disebutkan bahwa produksi masker sekali pakai diperkirakan mencapai 52 Miliar pada tahun 2020 lalu dan sekitar 1,56 Miliar sampah masker tersebut berakhir di lautan.

Masyarakat belum banyak yang sadar bahwasanya membuang sampah masker sekali pakai sembarangan tanpa diolah dahulu dapat menimbulkan rusaknya lingkungan dan dapat membahayakan habitat hewan yang ada di alam. Demikian yang diungkapkan Ashley Fruno dari Kelompok Hak Asasi Hewan, People for the Ethical Treatment of Animal (PETA) Seperti dikutip CNA.

Ada beberapa peristiwa cukup mengagetkan publik yang menunjukkan masker menimbulkan masalah bagi hewan. Di Malaysia, Monyet kecil terlihat sedang mengunyah tali masker yang sudah menjadi sampah. Hal itu tentunya berpotensi membuat si monyet tersedak dan dan kesakitan menelan. Lalu di Inggris, seekor burung camar tidak bisa bergerak selama sepekan karena kakinya tersangkut di tali masker sekali pakai. Tali masker tersebut mengencang di sekitar kaki burung tersebut hingga membuat persendiannya bengkak dan sakit. 

Monyet Memakan Limbah Maker. Sumber: AFP/MohdRasfan

Beberapa dampak sampah masker sekali pakai jika tidak dilakukan pengolahan sebelum dibuang:

  • Menambah jumlah volume sampah plastik di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)
  • Menyebarkan virus/bakteri dari pengguna masker kepada petugas kebersihan yang mengangkut sampah
  • Ketika limbah masker sampai di TPA dan masker tercampur dengan sampah lainnya dikhawatirkan menghasilkan Lindi/Leachate (Cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di timbunan sampah) jika terkena hujan dan dapat membahayakan lingkungan.
  • Limbah masker sekali pakai sulit terurai secara alami di lingkungan, sehingga akan berdampak pada makhluk hidup lain.

Menurut data yang dihimpun dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2019 ada sekitar 295 Ton/Hari limbah medis. Angka itu meningkat 30-50% dimasa pandemi Covid-19 saat ini. Masker medis sekali pakai sendiri merupakan salah satu sampah medis.

Penyu di antara sampah masker sekali pakai. Sumber: sinarharapan.com

"Kebanyakan masker memiliki tali untuk dikaitkan ke telinga manusia. Tapi itu juga menjadi bahaya bagi Ikan, Penyu, dan Burung laut karena bisa mengikat mereka bahkan sampai mati" Kata Leonard saat wawancara dengan South China Morning Post. Menurut data yang diambil dari oceansasia.org menyebutkan bahwa sejauh ini menumpuknya sampah plastik yang di dalamnya termasuk masker di lautan telah membunuh 100 Ribu mamalia laut dan penyu, lebih dari jutaan burung laut dan ikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline