Lihat ke Halaman Asli

Dwi Jatmiko

Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas

Pendidikan Integrasi Interkoneksi Solutif Sekolah Ramah Anak

Diperbarui: 10 Oktober 2022   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah Satu Sekolah Ramah Anak, Sekolah Pendidikan Karakter, Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta Minggu (9/10/2022) Dokpri

Di Indonesia, pola pengembangan kritik terhadap ilmu-ilmu keislaman mendapat perhatian yang plus di beberapa tahun terakir ini. Prof. Amin Abdullah, Ph.D, adalah salah satu tokoh terkemuka dan secara serius mengkritisi nalar keagamaan yang berkembang di Indonesia. 

Selain itu, beliau juga menawarkan model baru dalam studi agama dalam mendekati islam. Pola pengajian agama yang bercorak normatif-doktriner ke pola pendekatan studi agama yang bercorak studi agama sosio-historis kemudian bermuara kepada rasional-filosofis (Parluhutan Siregar, 2014).

Amin Abdullah adalah seorang sarjana Muslim Indonesia yang dikenal cukup banyak menulis tentang Islam. Ia memilih tema-tema yang amat beragam, mulai dari Filsafat, Ilmu Kalam, Ushul Fiqh, Metode Tafsir Alquran, Pluralisme, sampai masalah Pendidikan. 

Sepintas lalu, tradisi ini dianggap tidak lazim pada era modern, di mana para ahli konsisten menekuni disiplin ilmu tertentu. Karena itu, kehadiran tulisan yang variatif ini mengundang pertanyaan, "Apa sesungguhnya yang menjadi fokus Amin Abdullah?

Berdasarkan telaah sementara, sepertinya Amin Abdullah tidak bermaksud untuk menjelajahi semua bidang ilmu, tetapi ia ingin menjalinnya ke dalam satu rangkaian epistemologis yang dipetakannya menjadi semacam "jaring laba-laba".

Teori jaring laba-laba (spider web) yang digagas oleh Amin Abdullah berkaitan dengan horison keilmuan Islam, bukan saja bertujuan untuk mengembangkan kerangka ilmu-ilmu dasar keislaman yang bersifat normatif, tetapi juga ingin mengintegrasikan-nya dengan ilmu sekular yang bersifat empiris-rasional. 

Pada aspek inilah daya tarik pemikiran Amin Abdullah, di mana ia mampu merumuskan epistemologi keilmuan yang dapat meramu bermacam-macam ilmu sehingga jelas apa esensi masing-masing disiplin ilmu dan bagaimana cara dan strategi untuk mengembangkannya.

Upaya implementasi konsep integrasi-interkoneksi bertujuan untuk mempersempit ruang dualisme atau dikotomi ilmu yang memisahkan antara pendidikan umum dari pendidikan agama yang kemudian berdampak pada pemisahan dan pemilahan kesadaran keagamaan dan ilmu pengetauan umum. 

Lebih lanjut, kesadaran dikotomistik ini menjadi penyebab sebagaimana analisis pemikir muslim kemunduruan penguasaan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Tidak itu saja, dikotomi menyebabkan menjauhnya agama dengan realitas kehidupan umat.

Oleh karenanya, sebuah teori (pendekatan) tanpa adanya aplikasi, ibarat rumah megah yang sangat diidam-idamkan oleh seluruh insan, tetapi rumah tersebut hanya sebuah desain (gambar) belaka, sehingga banyak insan yang kecewa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline