Lihat ke Halaman Asli

Kazena Krista

TERVERIFIKASI

Fotografer

Bukan Penelitian: Syarat Absurd dalam Sebuah Lowongan Kerja Itu Nyata

Diperbarui: 13 Mei 2021   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua orang tengah saling berjabat tangan tanda kesepakatan telah dibuat. (Sumber: Pexel.com/Foto oleh Fauxels.)

Tak semua orang kebelet menjadi entreupreuner di usia muda.

Tak semua orang memiliki urat berani terhadap kata gagal (hey, ini bacaan saat kau gagal) karena takut kecewa—dan tak semua orang pula memilih untuk hebat dengan menjadi dirinya sebelum terlebih dahulu jadi diri orang lain di luar sana.

Bicara dinamika dunia kerja, semua orang sepakat kian tahun persaingannya kian ganas dan menggila. Obrolannya tak cuma melulu dibahas oleh siapapun yang berada satu meja melainkan bisa pula sampai ke sesama kita yang tak dalam satu rukun tetangga.

Jangan heran kebanyakan dari kita masih banyak yang bermain "aman" dan memilih bekerja—pada sebuah tempat usaha atau perusahaan-perusahaan—layaknya orang-orang pada umumnya; bagi para pencarinya, tak satu atau dua lamaran ditebar, tak satu atau dua hari waktu dihabiskan—untuk menunggu kabar—dengan sabar. 

Berbilang tahun, pada akhirnya, saya menyadari banyak hal menyangkut dunia kerja yang pada akhirnya bikin saya geleng-geleng kepala. Saya menyebutnya sesuatu yang absurd dalam dunia kerja dan itu telah saya telaah melalui sebuah lowongan kerja.

Apa saja?

Bersiap-siaplah.

#1 No double-double club.

Poin pertama bermula di medio 2012—persisnya, beberapa bulan sebelum saya diterima di sebuah bank­­—dan "pencerahan" menyoal ini baru saya dapat beberapa tahun setelahnya.

Ketika itu saya melamar kerja sebagai karyawan di sebuah rumah sakit ibu dan anak. Singkat kata, hari itu dari segi penampilan saya sudah lebih dari sekadar paripurna. Soal menjawab pertanyaan saat sesi wawancara, saya yakin tak akan ada masalah.

Semua syarat saya penuhi, tinggal bagaimana takdir akan membersamai, begitu pikir saya ketika itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline