Lihat ke Halaman Asli

teteh chatay pasific...

sekretaris doank di Chatay Pasific....

[1] Kunci ....

Diperbarui: 29 September 2025   01:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kunci/dokpri 

Kunci yang Hilang
Malam itu sunyi mencekam. Hujan deras telah berhenti, meninggalkan kelembaban dan aroma tanah basah. Risa sendirian di rumah neneknya yang tua, jauh di pinggiran kota. Nenek sudah tidur sejak Magrib, dan Risa menghabiskan waktu dengan membaca di sofa ruang tengah.
Tiba-tiba, ia mendengar suara. Bukan suara angin, bukan suara tetesan air. Ini adalah suara gesekan yang pelan, berirama, seolah-olah sesuatu diseret di lantai kayu di lantai atas. Jantung Risa berdesir. Rumah ini sudah kosong puluhan tahun sebelum nenek pindah, dan lantai atas selalu terkunci.
"Nenek?" panggil Risa pelan. Tidak ada jawaban.
Gesekan itu berhenti. Kemudian, terdengar suara lain: dentuman pelan dari kamar neneknya di ujung lorong. Risa tahu neneknya tak mungkin bergerak secepat itu.
Ia bangkit, langkahnya ragu-ragu menuju lorong gelap. Bulan bersinar samar dari jendela, hanya cukup untuk memperlihatkan bayangan perabotan yang menyerupai monster.
Saat ia sampai di depan kamar nenek, suara itu kembali, lebih jelas. Kali ini, itu bukan dentuman. Itu seperti cakar yang menggaruk dari dalam.
Risa mendorong pintu kamar nenek yang tidak dikunci, rasa penasaran yang bercampur ketakutan mengalahkan akalnya. Neneknya terbaring damai di tempat tidur.
"Nek, ada yang aneh di atas," bisik Risa, mengguncang bahu neneknya.
Neneknya membuka mata perlahan. Matanya yang keruh menatap Risa dengan tatapan kosong.
"Kau mendengarnya, Nak?" Suara nenek parau. "Makhluk itu mencari kunci."
"Kunci apa, Nek?"
Neneknya tidak menjawab. Ia hanya menunjuk ke langit-langit kamar, tepat di atas mereka.
Tepat saat Risa mendongak, gesekan di lantai atas berubah menjadi derap langkah cepat yang diikuti oleh bunyi gebrakan keras. Seolah-olah sesuatu yang berat melompat dari langit-langit ke lantai kayu.
Kemudian, Risa merasakan hawa dingin yang menusuk. Ia menoleh ke neneknya, tapi kini wajah neneknya berubah pucat pasi.
"Kau tak seharusnya mengganggunya," bisik nenek. "Ia mencari kunci itu... kunci untuk keluar."
Lalu, sebuah kunci kuno berkarat jatuh dari saku piyama nenek, persis di kaki Risa. Tepat pada saat yang sama, plafon kamar nenek retak panjang, dan dari celah yang muncul, meneteskan cairan hitam pekat.
Risa menjerit, meraih kunci itu. Ia tahu ia harus lari, tapi kakinya terpaku.
Dari retakan itu, Risa melihat sebuah mata kuning yang bersinar tajam.
"Berikan padaku," sebuah suara parau, berbisik dari atas, seolah-olah ribuan serangga berbicara serempak.
Risa tak sempat menjawab. Retakan itu melebar dengan cepat, dan sebagian besar plafon runtuh, memperlihatkan sebuah ruangan gelap dan debu yang berjatuhan. Namun, di antara debu itu, Risa melihat sebuah tangan kurus panjang yang menggenggam erat kebingkaian langit-langit.
Tangan itu menjulur ke bawah, lurus ke arah kunci di tangan Risa.
Apakah Risa berhasil kabur? Atau, apakah ia justru menjadi kunci berikutnya?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline