Lihat ke Halaman Asli

Darkim bin Arsabesari

Pengangguran Terselubung

Puisi | Badai Berkecamuk di Pucuk Melati

Diperbarui: 29 Oktober 2019   04:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok pribadi

Hampir remuk sebatang raga di amuk badai, compang-camping rasa jiwa terpelanting tersapu perangai, berjalan terseok-seok di atas pecahan tebing, menatap sebentar terpejam pandangan hitam mengiringi

Pada titik awal penciptaan, pada permulaan kisah di tuliskan, jiwa-jiwa putih bak melayang ringan, tanpa dosa tanpa cela yang sanggup menjatuhkan, terbang mengelilingi takdir yang di hadirkan, patuh akan ketetapan sebagai kebenaran

Kini badai sering menjumpai, memporak-porandakan bangunan hati yang baru di perbaiki, patah-patah pemahaman, berkeping-keping kejernihan, luluh lantak tiang penyanggah kehidupan

Jika melati adalah suci, badai berkecamuk memenuhi ruang mimpi, bila badai menjadi pertanda hidup dan mati, mungkin melati telah layu sedari dini

Bagan batu 29 oktober 2019

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline