Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Aku

Diperbarui: 16 Oktober 2019   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Aku masih tetap aku, berdiri mematung menyangga matahari di tengah bumi, membakar tapak tangan hingga menghitam merusak hati. Perih? Jangan engkau tanya lagi rasa sakit yang menjangkiti, perih adalah permainan hati, sedang rasaku telah mati

Aku masih tetap aku, menjejak bumi dengan hentakan kaki, menjelajahi samudera raya dengan kata-kata, menyeberangi angkasa hingga ke ujung cakrawala. Aku tetap di sini, membatu mengurat bumi, anganku terbang bersama angin, jiwaku mengapung sejengkal dari nalar

Aku masih tetap aku, memandang lalu lalang bagai irama tak beraturan, wajah-wajah tegang memendam keinginan. Aku masih menjadi saksi keserakahan, jiwa-jiwa rapuh tersiram keculasan

Aku masih tetap aku, yang menangisi kehidupan di pagi dan petang, tak mampu mencegah selain menyaksikan. Aku masih tetap aku, darah mengental kadang mendidih melihat kesewenang-wenangan, tapi tetap terdiam di tengah-tengah keriuhan. Ini baru menyakitkan

Bagan batu 16 oktober 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline