Lihat ke Halaman Asli

Kang Marakara

Pengangguran Terselubung

Puisi | Garis Takdir Mempertemukan Kita

Diperbarui: 17 Mei 2019   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Sebegitu bencinya engkau pada malam, melebihi sayangku pada sang rembulan. Ribuan bintang yang sedang asyik berdendang, seakan teriakan makian di sekujur kelam. Begitu yang engkau maknai, tidak seperti itu yang ku yakini

kita mesti hidup dalam kotak yang sama, menghirup udara aroma cendana yang menurutmu tidak bermakna. Engkau memandang sunyi adalah menyiksa, padahal bagiku itu adalah bagian dari bahagia

Engkau dan aku menyatu dalam rasa yang berbeda, menghitung pergantian hari dengan arti yang tak pernah sama. membolak balikan segala kenangan yang pernah di lalui,kadang engkau tertawa ketika ku sengsara,kadang aku merasa bahagia walau aku tahu engkau menderita

kita tertawa bersama walau itu sengsara dan bahagia, diam dan bicara ketika waktu tak mampu menjarak-kan makna. Kita akan tetap seperti ini selamanya, karena garis takdir telah mempertemukan kita, selamanya

Bagan batu 17 mei 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline