Lihat ke Halaman Asli

Kita Sudah Tertinggal Jauh

Diperbarui: 13 Juli 2015   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana banjir diberbagai daerah di Indonesia, menjadi rutinitas yang datang setiap musim hujan. Bahkan diperkotaan datangnya bukan hanya musiman, tetapi apabila intensitas hujan tinggi maka dipastikan kita akan terendam  dan terkepung air hingga berhari-hari. Sebenarnya mengapa fenomena ini bisa terjadi? Para ahli meyakini bencana ini bisa terjadi karena system drainase yang buruk, berkurangnya daerah resapan air,  serta rendahnya kesadaran masyarakat memperlakukan sampah dan menjaga kebersihan lingkungan, Sementara itu para pengembang perumahan dan gedung bertingkat hanya mementingkan lingkungannya sendiri dengan meninggikan tanah diwilayah mereka. Akibatnya meski wilayah perumahan dan gedung mereka terbebas dari banjir, namun akibat lingkungan sekitarnya tetap tergenang banjir, maka akses jalan menuju dan dari wilayah mereka terputus hingga akhirnya terkepung banjir.***Pada Tahun 1998 saya diberi kesempatan berkujung ke Ibu kota Negara Bagian Malaysia Timur menyertai  rombongan Pemerintah Daerah dan Anggota DPRD Kalimantan Barat yang sedang mengadakan studi banding mengenai penanganan tata kelola air, sampah dan limbah. Lalu apa hasil dari hasil study banding tersebut? Kami hanya takjub pada kenyataan yang ada disana. Jalan-jalannya mulus dan lebar. Saluran drainasenya dibangun permanen dan penuh perencanaan. Air mengalir dengan lancar baik disemua saluran/selokan dan tidak berbau. Bagitu pula pengelolaan sampah dinegara tersebut sangat baik. bersih dan nyaman. Kesadaran masyarakat pada kebersihan lingkungan sangat tinggi.  Selain itu, penerapan sanksi bagi mereka yang melanggar sangat jelas,  tegas dan dijalankan sesuai aturan.Mengapa bisa demikian? Rupanya Pemerintah Malaysia menerapkan aturan bagi pengembang perumahan yang akan melakukan pembangunan. Hal pertama yang harus dibangun  para pengembang adalah akses jalan, saluran drainase yang baik, serta tempat pengolahan sampah dan limbah. Jika ketiga hal tersebut dinilai bagus dan siap oleh pemerintah, baru perusahaan pengembang boleh mulai melakukan pembangunan rumah dan gedung. Untuk akses jalan ada aturan ketat dinegara tersebut, mengenai lebar dan kualitas jalan. Ini sudah mengacu pada perkembangan masa mendatang. Artinya lebar jalan tersebut sangat memadai (sekitar 14 meter) dan tidak akan ada lagi istilah pelebaran jalan!. Bandingkan dengan pembangunan jalan di negara kita yang tidak memperhitungkan perkembangan penduduk dengan segala kebutuhannya. Pelebaran jalan sudah menjadi peristiwa biasa yang terkadang menimbulkan konflik dimasyarakat ketika lahan masyarakat yang berada dipinggir jalan  (yang sempit tersebut) harus dibebaskan. Begitupun tentang system drainase dan pengelolaan sampah serta limbah di Negara Malaysia sangat baik. Saluran air disepanjang jalan telah diperhitungkan dengan baik, baik kemiringan dan resapanya. Saluran air sangat lancar dan dibangun permanen. Diatasnya ditutup dengan jeruji dari baja untuk keamanannya dan dijamin tidak berbau. Hal ini dimungkinkan karena air dan limbah yang mengalir dari pemukiman penduduk menuju saluran air utama sudah diolah terlebih dahulu melalui alat yang disediakan pengembang disetiap komplek perumahan. ***Kondisi  yang saya ceritakan tersebut terjadi tahun 1998, atau tujuh belas tahun silam. Miris… Saat ini dinegara kita kondisi tersebut masih mimpi dan menjadi angan-angan yang entah kapan bisa terwujud?!  Sudah seharusnya kita segera bangun dari mimipi dan segera mewujudkanya! Sungguh kita sudah tertinggal. Namun kita harus tetap maju bergerak.  Minimal jangan tertinggal semakin jauh! (***) 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline