Lihat ke Halaman Asli

Fairizal Rahman

Fairizal Rahman

Memanjakan, Tak Memajukan Anak

Diperbarui: 3 Februari 2019   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Banyak contoh contoh hidup yang sesungguhnya dapat dijadikan pelajaran. Baik dari kehidupan teman, sahabat, tetangga, guru, rekan kerja, dan lainnya. 

Tapi sayangnya, kebanyakan orang tidak menganggap pengalaman-pengalaman mereka adalah hal yang perlu untuk dijadikan pelajaran hidup. Salah satunya adalah niat hati para orang tua mau memanjakan anak, tapi berakibat justru menjerumuskannya, menjadi sosok yang tidak mandiri.

Bayangkan, anak sudah duduk dibangku sekolah SD mau pakai sepatu harus tunggu pembantu atau orang tua yang memasangkan. Padahal pelajaran memasang sepatu dan memasang tali sepatu seharusnya sudah anak dapatkan ketika belajar di tingkat PAUD atau TK. 

Herannya, kebanyakan orang tua menganggap hal ini adalah hal yang wajar-wajar saja. Mungkin karena mereka menganggap anak masih kecil dan sudah selayaknya dimanja.. 

Manja Ketika Usia Kanak Kanak, Menderita Ketika Dewasa

Pada dasarnya, memanjakan anak tidak ada hubungannya dengan kekayaan orang tua. Banyak orang tua yang secara materi berkecukupan secara materi, namun mereka enggan untuk membiasakan anak-anak mereka berperilaku manja. Sebaliknya, ada juga orang tua dari kalangan keluarga biasa-biasa saja justru dengan bangga jika membiasakan anak-anak mereka dengan sifat manja.

Tidak memanjakan anak bukan berarti membiarkan mereka sepenuhnya sendirian dalam melakukan hal-hal dalam hidup mereka. Tidak memanjakan dalam artian bahwa anak-anak diajarkan dasar-dasar dalam melakukan sesuatu, dan selanjutnya biarkan mereka untuk mencoba melakukannya sendiri. 

Jika dalam mencobanya mereka menemukan kesulitan, baru orang tua membatu untuk mencarikan solusinya. Berbeda dengan memanjakan anak. Memanjakan bisa berarti bahwa anak tidak diajarkan samasekali dasar-dasar dalam melakukan sesuatu. 

Segala hal yang anak butuhkan dalam hidupnya, dipenuhi dan dikerjakan sepenuhnya oleh orang tua. Anak mau ini, orang tua atau pembantu yang mengerjakan, anak mau itu juga orang tua atau pembantu yang mengerjakan.

Saya jadi teringat saat saya masih remaja seusia anak SMA, waktu itu saya sudah berusia cukup untuk membuat SIM (Surat Izin Mengemudi). Sabtu pagi, ayah mengajak saya keluar dan meminta saya mengenakan pakaian rapi berkerah. 

Saya tidak tahu kami akan kemana, hingga sampailah pada satu kantor yang dari tulisan di depan gedung kantornya saya baru tahu kalau itu kantor untuk membuat SIM. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline