Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khoirul Wafa

Santri, Penulis lepas

Ip Man, Fast Furious, hingga James Bond

Diperbarui: 26 Maret 2020   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

metacritic.com

Padahal kemarin sudah janji pada diri sendiri. Paling tidak seminggu jangan menulis apapun. Seminggu. Ingat ya seminggu... Sabar ya, seminggu... Seminggu enggak lama kok... Cuma  604.800 detik doang. Dan ini bahkan belum satu hari... #$!@@!!!!!!!

Ya sudahlah...

"kamu gak akan merasa lelah melakukan hal yang kamu sukai..." Kalimat ini menjadi sangu. Setelah adegan tonjok sana sini, setidaknya ada sedikit kata-kata bijaknya. Tapi ini bukan film yang bertabur kata-kata motivasi. Ini kan film tentang master wing chun legendaris itu.

Kenapa sih, mereka buat film tentang Ip Man? Tentu saja alasan realistis. Dibalik pria yang sukses ada wanita yang hebat. Eh, bukan itu. Tapi yang ini. Dibalik murid yang hebat pastinya ada guru yang hebat pula. Bruce Lee yang digambarkan sangat cepat itu. 

Sampai-sampai saat dia syuting film harus diedit kembali dengan gerakan slow motion. Saking kamera pada masa itu tak mampu menangkap kecepatan gerak Bruce Lee. Secara, kamera dulu baru 24 fps. Coba dia impor kamera dari masa depan. Tak usah beli kamera mahal, cukup beli hape Xiaomi saja. Buat bikin film. What the hell?

Lalu apa yang istimewa dari film penutup kisah tetralogi ini? Yang kabarnya mau dibikin lanjutan juga? Enggak tahu ding, saya bukan peramal. Sebenarnya kisahnya tak pernah berubah. Dari mulai zaman kretaseus sampai melewati zaman es, hingga zaman pemanasan global seperti sekarang. Benang merahnya sama. Seputar kisah kung fu China yang direndahkan oleh aliran lain. 

Mulai judo, karate, muai thai, dan sebagainya. Yang belum itu pencak silat. Kan bangsa kita bangsa yang beradab, jadi gak ada ceritanya merendahkan bangsa lain. Betul? 

Kungfu China diremehkan, terus semua orang dikalahkan sama antagonis yang gak mati-mati. Kuat banget. Lalu hanya Ip Man seorang yang bisa mengalahkan. Akhirnya terjadi duel seru. Dan Ip Man menang. Kemudian semua bertepuk tangan, dan master tersebut jadi pahlawan. Selesai. Tamat.

Tapi kisah terakhir ini agak lebih gimana, tentunya ada hal baru dan lain dari karya sebelumnya. Film ini mengangkat isu diskriminasi komunitas China di luar negeri. Diselingi sedikit drama tentunya. 

Walaupun gak sampai, dan saya juga gak berharap, bisa banjir air mata. Yah kan penonton ke bioskop pingin lihat aksi bela diri. Jadi itu yang ditonjolkan. Kalau mau lihat adegan berurai air mata, ya download aplikasi viu, terus tontonlah drama Korea.

Saya tak punya kapasitas menilai banyak.  Seandainya saja gak terima dengan review orang lain, tulisan orang lain, gak masalah. Makanya buat review sendiri. Buat tulisan sendiri. Salahmu diam saja... 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline