Lihat ke Halaman Asli

Ksatria Airlangga

Informasi tentang Universitas Airlangga

Dosen Unair Ciptakan Aplikasi Media Visual Komunikasi Anak

Diperbarui: 8 Januari 2020   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Salah satu Dosen Psikologi Universitas Airlangga, Margaretha S.Psi., P.G.Dip.Psych., M.Sc berhasil mengembangkan sebuah aplikasi perangkat lunak yang bernama MIKA (Media Visual Komunikasi Anak).

MIKA dibuat dengan kerja sama dari Forum Peduli Jawa Timur dengan tujuan untuk membantu komunikasi belajar bagi anak-anak dengan autisme.

Pada awalnya ide untuk menciptakan aplikasi ini muncul karena adanya kegelisahan terapis terkait cara untuk memberikan pelajaran komunikasi pada anak dengan autisme yang lebih optimal.

"Sebagai gejala utamanya, autisme itu paling sulit untuk melakukan komunikasi sosial dan periode belajar itu penting supaya tidak terlewatkan. Karena kalau tidak, nanti menjadi suatu kecacatan, maka perlu suatu metode yang terstruktur sistematis dan terstandar," kata Margaretha di Surabaya (5/1).

Dosen Psikologi Unair ini berkata bahwa MIKA dimanfaatkan sebagai alat terapi oleh orang-orang yang sudah terlatih dan mengerti tentang bagaimana cara memberikan alat bantu visual untuk belajar komunikasi anak dengan autisme secara terstruktur.

"Dengan adanya Mika, harapannya anak - anak autisme yang memang rata-rata adalah pembelajaran visual akan lebih mudah belajar," ujarnya.

Untuk mengembangkan MIKA hingga tahap ini, Margaretha membutuhkan waktu dua tahun. Walau demikian, ia pun merasa bahwa aplikasi ini masih harus terus dikembangkan agar bisa menjadi lebih baik lagi.

"Dikembangkan dengan kerangka teoritis kerja, dan mengumpulkan pengalaman dari sejak 2013," ucap Margaretha.

Margaretha pun menegaskan bahwa MIKA adalah karya dari Jawa Timur yang dibuat untuk Indonesia, sehingga alat terapi ini bisa digunakan di berbagai tempat di seluruh Indonesia.

"Bahkan ada fitur untuk menambah kata baru untuk menyesuaikan dengan konteks bahasa. Misalkan di Nusa Tenggara Timur ada bahasa khusus yang tidak ada di dalam bahasa Indonesia, maka yang ada di tablet ini bisa ditambahkan," ucapnya.

Margaretha berharap MIKA bisa digunakan di seluruh Indonesia oleh terapis, guru, ataupun orang - orang yang bekerja memberi terapi anak dengan autisme.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline