Lihat ke Halaman Asli

Makna Wukuf di Padang Arafah

Diperbarui: 16 Agustus 2018   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

daleelo.com

Tanggal 9 Dzulhijah adalah puncak ritual ibadah haji di tanah suci. Jutaan umat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di sebuah kawasan bebatuan seluas 3,5 x 5,5 km persegi, yang kita kenal sebagai Padang Arafah.

Di padang tandus inilah jutaan jamaah haji memulai ritualnya dengan cara berdiam diri melakukan perenungan dan bertafakur tentang substansi kehidupannya sebagai khalifah Tuhan di bumi. Perenungan yang memakan waktu sekitar 5 -- 6 jam (Dzuhur sampai Maghrib)  itu kita kenal sebagai ritual Wukuf.

Ia berasal dari kata Waqafa yang bermakna 'berhenti'.  Maka, Wukuf adalah ritual haji yang mengajari umat Islam untuk sejenak meninggalkan aktivitasnya selama beberapa jam, yaitu berhenti dari kegiatan apapun agar bisa melakukan perenungan jati diri. Sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim setelah menerima perintah melalui mimpi-mimpinya untuk mengorbankan Ismail, putranya. Beliau menghentikan segala aktivitasnya, melakukan Wukuf (kontemplasi, berdzikir, dan berdoa) di dalam tenda sepanjang siang hari hingga sore, menjelang matahari tenggelam. Beliau memohon ampunan, petunjuk dan bimbingan Allah SWT.

Wukuf di Arafah merupakan permulaan ritual haji, dan sekaligus sebagai puncaknya, yang tanpanya ibadah haji kita menjadi tidak syah. Rasulullah bersabda: "Al-Hajju Arafah" artinya (puncak) ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, sebuah statemen yang menunjukkan betapa pentingnya ritual wukuf itu bagi jamaah haji.

Sebenarnya, tidak ada yang spesifik tentang kewajiban berwukuf, kecuali berdiam di kawasan Arafah antara waktu dzuhur sampai maghrib. Demikian pula aktivitasnya, tidak ada yang khusus, asalkan tidak keluar dari kawasan itu dan tidak melanggar ketentuan ibadah haji secara umum maka wukufnya dianggap syah. Dan, dengan sendirinya sudah memenuhi rukun haji.

Ada beberapa hikmah yang terkandung didalamnya. Namun yang utama adalah, bahwa sebelum melakukan ibadah fisik selanjutnya di dalam rukun haji, seorang muslim harus melakukan persiapan mental dan perenungan jati diri ke dalam jiwanya sendiri.

Sebenarnya, hal ini menjadi dasar bagi semua ibadah di dalam Islam. Bahwa setiap langkah ibadah kita harus berlandaskan ilmu dan niat yang benar. Yang itu hanya bisa dicapai kalau kita telah melakukan pemahaman, penghayatan dan komitmen untuk melangkah ke depan secara berkualitas. Tanpa proses semacam itu, ibadah kita tak lebih hanyalah sebuah ritual tanpa makna. Dan tak membebaskan apa apa dalam jiwa.

Semua ibadah harus dimulai dari niat. Tetapi Wukuf ini lebih mendalam sekedar niat. Karena ia berisi perenungan, pemikiran, pemahaman dan komitmen terhadap "niat". Bukan hanya untuk keabsahan ritual haji yang sedang kita jalani, melainkan lebih jauh dari itu, untuk menjalani realitas hidup kita, sepulang dari tanah suci.

Arafah, sesuai namanya, adalah 'Padang Pengetahuan' tempat Nabi Adam bertaubat, dan kemudian memperoleh kalimat-kalimat ilahiyah sebagai bekal mengarungi kehidupan bumi. Dimana, ia dan anak keturunannya ditugasi sebagai khalifatu fil ardhi -- pemimpin di muka bumi.

Arafah, juga menjadi titik menancapnya keyakinan Nabi Ibrahim untuk menaati perintah Allah dalam berkorban dengan penuh keikhlasan dan ketaatan kepada Allah. Disinilah, beliau meneguhkan penyerahan diri yang tiada terukur kualitasnya, dalam bentuk mengorbankan anak saleh yang sangat dicintainya, dan diharapkan menjadi penerus syiar agama Islam yang dibawanya.

Maka, Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat penting bagi setiap jamaah haji untuk memperoleh pengampunan Allah sebagaimana Nabi Adam, dan dilanjutkan dengan komitmen berserah diri kepada Allah sebagaimana nabi Ibrahim.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline