Lihat ke Halaman Asli

Kartika E.H.

TERVERIFIKASI

2020 Best in Citizen Journalism

Memetik dan Merawat "Pohon Kelapa" yang Ditanam Pak Tjip dan Ibu Rose di Kebun Kompasiana

Diperbarui: 17 Januari 2021   07:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebun Kelapa | GoodNewsFromIndonesia.id

Beberapa hari yang lalu, saat si sulung, Raihan berkesempatan bulik kampung alias pulang kampung ke rumah karena gagang kacamatanya patah, sehingga harus diganti di optik langganan keluarga kami di Pasar Kujajing, Kota Banjarmasin, saya sempatkan untuk mengajaknya singgah di kedai lontong tampusing, khas Banjarmasin yang ada di bagian pojok Pasar.

Berempat, kami memilih duduk di bangku kosong dekat jendela yang terlihat lebih nyaman dari lainnya.  Selain saya, Raihan dan Rabbani, adiknya si Raihan yang kebetulan lensa kacamatanya juga minta di upgrade, ikut juga si-Rusli, kawan karib Raihan di pondok pesantren yang asli Boyolali. Kami memesan kuliner legendaris khas Banjar yang selalu bikin karindangan  alias ngangeni siapa saja yang pernah mencobanya ini.

Belum tiga suap menikmati sajian lontong berkuah santan dengan lauk kepala ikan haruan atau ikan gabus (Channa striata) yang dimasak dengan bumbu masak habang khas masyarakat Banjar tersebut, tiba-tiba si Raihan minta dibuatkan seporsi lagi sajian yang sama kepada acil atau bibi penjaga warung. Melihat tingkah sang kakak, Rabbani yang juga lagi asyik menikmati sajian lontong dengan lauk daging masak habang menyahuti,

Baca Juga :  Sarapan Lontong Tampusing Ma Haji, Kuliner "Bahari" Khas Banjarmasin

"Umaaai kakak, dasar lapar kah, handaaaak kah?" (Waaaah kakak, memang lapar atau doyan?)

"Biasa dik, di pondok nggak ada menu ini", Sahut Rusli dengan logat Jawanya yang kental. 

"Nyaman banar kuah santan ulahan sidin, kepala haruaannya makinnnnya lagi!" (Enak banget sayur kuah santan buatan beliau, apalagi kepala ikan gabusnya!) Jawab si  Raihan dengan santainya sambil terus menyantap potongan-potongan lontong dari piringnya.

Saya yang saat itu juga menikmati sajian lontong tampusing dengan lauk telur itik kesuakaan saya, hanya tersenyum mendengar oboralan dua jagoan saya yang memang jarang bertemu dan saya sangat memaklumi tingkah si Sulung, Raihan yang tiga tahun terakhir lebih memilih mondok di sebuah pondok pesantren di kabupaten tetangga yang terbiasa makan dengan sistem katering dengan menu nasional, sehingga sangat jarang bertemu dengan makanan-makanan tradisional Banjar, seperti lontong tampusing ini.

Lontong Tampusing | @kaekaha

Mendengar pernyataan si Raihan yang kenyamanan atau keenakan dengan masakan nangka muda berkuah santan teman menyantap lontong tampusing, tiba-tiba saya teringat dengan jalan panjang mengolah masakan yang sekarang kami santap, khususnya bahan santannya yang berasal dari buah kelapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline