Lihat ke Halaman Asli

Kartika E.H.

TERVERIFIKASI

2020 Best in Citizen Journalism

Jejak Emas Datu' Kalampaian di Belantara Jakarta Tempo Dulu

Diperbarui: 15 Juni 2019   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Luar Batang pada tahun 1920-1935 - Dewantara.id

Setelah mendapatkan restu dari para guru, akhirnya empat sekawan "santri" dari tanah jawi ini bertolak menuju kampung halaman. Sebelum menuju ke kampung masing-masing, rombongan singgah di Palembang, Sumatera Selatan kampung halaman Syekh Abdussamad Al Falimbani. Sayang belum ada literatur terkait aktifitas empat sekawan "ulama" dari tanah Jawi tersebut saat singgah dan berkunjung ke Palembang.


Beberapa literatur yang terlacak, justeru berisi aktifitas Datu' Kalampaian atau Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari dan Syekh Abdul Wahab Bugis saat singgah dan diminta menetap sebentar untuk mengajarkan ilmu agama kepada masyarakat Betawi di kampung halaman Syekh Abdurrahman Misri di Betawi (Jakarta) yang merupakan kakek dari Mufti Betawi, Habib Utsman bin Yahya, seperti dikupas oleh Yusuf Halidi dalam bukunya Ulama Besar Kalimantan Selatan Syekh Arsyad al-Banjari, (al-Ikhsan, Surabaya 1968) dan Abu Daudi dalam buku Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Tuan Haji Besar), Dalam Pagar Martapura, 1996.

Salah satu peristiwa penting ketika Datu' Kalampaian berada di Betawi adalah ketika sidin (beliau ; bhs Banajr) membetulkan arah kiblat beberapa masjid yang sempat disinggahi Sidin

Arah kiblat masjid-masjid ini mengalami pergeseran akibat pergerakan kerak bumi serta aktivitas teknonik dan Datu' Kalampaian yang menguasai ilmu falak (ilmu astronomi dalam Islam) atas ijin Allah SWT "melihat" pergeseran arah kiblat tersebut, sehingga Sidin tergerak hati untuk membetulkannya.

Empat Serangkai Ulama Tanah Jawi (jejakrekam.com)


Mengutip pernyataan Humaidy, Sejarawan Islam yang juga dosen Fakultas Tarbiyah UIN Antasari Banjarmasin di laman jejakrekam.com, "setidaknya ada tiga masjid yang dibetulkan arah kiblatnya oleh Datu Kalampayan, yaitu Masjid Jami Kampung Sawah yang kemudian hari dinamai Masjid Jami Al-Mansyur di Kampung Sawah Lio, Masjid Luar Batang di Pasar Ikan dan Masjid Pekojan (Masjid Jami Al Mukarromah), Jakarta,"

Uniknya lagi, cara Datu' Kalampaian membetulkan arah kiblat hanya dengan menunjukkan arah ke Masjidil Haram di Makkah dan masyarakat Betawi pun percaya dengan apa yang ditunjukkan Datu Kalampayan, karena di saat bersamaan terlihat Ka'bah dari celah tangan baju jubahnya.

Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam aksara arab melayu (tulisan jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada tanggal 4 Safar 1186 H.

"Karomah" Datu' Kalampaian yang secara tidak sengaja "terlihat" saat  membetulkan arah kiblat beberapa masjid diatas, ternyata menjadi buah bibir di lingkungan masyarakat Betawi (Batavia) dan rupanya sampai ke telinga Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Petrus Albertus van Der (1761-1775).

Datu' Kalampaian (jejakrekam.com)

Menutupi rasa penasarannya, Sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda pun mengundang Datu' Kalampaian bersama para ulama lain di Batavia, termasuk para pemuka agama lain, ke kantornya.
Menurut Humaidy, saat itu Petrus Albertus van Der pun bertanya kepada Datu' Kalampaian terkait arah kiblat beberapa masjid di Betawi yang arahnya salah.
"Benarkah Tuan Syekh, bahwa arah kiblat dari Masjid Luar Batang itu salah?" tanya Petrus Albertus van De, Gubernur Jenderal Belanda itu.
Pertanyaan itu dijawab dengan tenang oleh Datu Kalampayan. "Ya, memang salah,". Lantas disahut lagi oleh Petrus Albertus van De , "Jadi, bagaimana yang betul?" desak Petrus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline