Lihat ke Halaman Asli

Negeri Para Pencoleng

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com



Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menggambarkan kondisi dan perilaku  pejabat di negeri ini

Muak , melihat dan mendengar polah-tingkah serta perilaku  mereka yang korup

Ditengah kemewahan fasilitas yang mereka terima sebagai pejabat Negara,

lupa akan  rakyat yang menderita dan kelaparan,

balita  mengalami gizi buruk,

buruh  hidup dibawah garis pra sejahtera,

jutaan petani hidup dalam kondisi memprihatinkan,

menjadi buruh bagi tanahnya sendiri,


Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menggambarkan keadaan negeri ini,

Hukum telah diselingkuhi oleh politik yang melahirkan birokrat korup,
Disetubuhi oleh para saudagar kaya melahirkan peraturan perundang-undangan yang tidak lagi
mencerminkan keadilan bagi rakyatnya sendiri,
Hukum bukan lagi sebagai panglima,
hukum telah disulap menjadi budak yang menghamba pada uang dan kekuasaan
Entahlah, harus dengan bahasa dan kalimat seperti apalagi untuk menggambarkan pejabat di negeri ini,
Manusia-manusia bertopeng agama dan kealiman,
namun sejatinya mereka sedang menyembunyikan wajahnya yang  bopeng,
Manusia yang hidup hanya mengumbar janji dan tak pernah bisa menepati,
Manusia yang telah kehilangan hati nurani dan tak berempati lagi melihat penderitaan rakyatnya sendiri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi untuk menyapa mereka para pemimpin negeri ini,
Hidup semaunya sendiri,
Memperalat rakyat demi kekuasaan dan memperkaya diri sendiri,
Pemimpin yang hanya bisa mengeluh,
mengadu,
tebar pesona; dan
membuat pencitraan diri,
Entah dengan bahasa dan kalimat seperti apa lagi,
Negeri para pencoleng


Yoseph Heriyanto
Jakarta, 2011


Penulis aktif di Komunitas Bentang Komunikasi
*puisi ini juga telah di muat di Blog pribadi www.kabutsore.blogspot.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline