Lihat ke Halaman Asli

Junirullah

Penulis

Kisah Cinta Sebening Embun (Episode 5)

Diperbarui: 3 November 2021   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kisah Cinta Sebening Embun, di jepret dan diabadikan oleh. Liana

Sampai pada saatnya kini aku berfikir mencari pekerjaan di tempat seputaran wilayah kediaman calon istriku, hari pertama aku nyampek sudah langsung bertemu dengan istriku itu seperti awal selfi aku diperkenalkan tentang wilayah Sulawesi Tenggara, dan banyak hal menarik disini dari informasi istriku itu,

Seperti; keutamaan adab, perilaku, sikon (situasi dan kondisi), perilaku dan sikap masyarakat disekitarnya, keadaan wilayah Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, karena istriku berasal keluarga Pajala si Pembuat Kapal Pinisi dari Bulukumba, Wilayah Makassar, Sulawesi Selatan, dari keturunan Bugis berdarah turunan dari nenek moyangnya Raja Ugi,

Buku Suku Bugis karya Juma Darmapoetra

Selain merujuk ke ganesbook yang tersedia di insiklopedia, penulis juga menyesuaikan sumber info dengan pokok ringkasan yang diangkat dari buku bertajuk Suku Bugis tersebut diatas yang dipublikasi oleh instansi dinas Wajo Kab Go Id, kemudian kompasianer membuat tanda kutip info rangkuman tentang sejarah Bugis, menyebutkan bahwa;

"Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. "Kutipan Halaman 1 dan seterusnya baca)"

Lanjut cerita;

Setelah dalam istirahat satu hari pertama di rumah kediamannya, di hari kedua aku langsung bergegas berkeliling di Kota Kendari Sulawesi Tenggara dengan jalan kaki menelusuri perusahaan atau tempat usaha yang membuka lowongan kerja,

Hari sudah hampir siang, matahari menyinari kulit telapak tangan dan kaki, debu dipinggiran jalan padatkan suasana bercucuran keringat menetes di keningku, namun hal itu tak menyulut sedikitpun semangatku untuk terus berjalan menapak telusuri lowongan kerja,

Tiba dipersimpangan jalan, lalu sejenak ku lihat di perempatan jalan arah depan, kiri, dan kanan, kadang nasib baik perjuangan memerlukan proses semangat yang tangguh seperti Marcopolo si penjelajah dunia yang terkenal itu, dan akupun terinspirasi sembari berkata dalam diriku "PANTANG MENYERAH SEBELUM MENDARAT!"

Berbelok ke arah yang kata hatiku memiliki keyakinan kuat akan adanya Petunjuk Tuhan Yang Maha Esa, setelah berjalan dari persimpangan perempatan jalan lampu merah itu, sekitar berjarak 500 (lima ratus) meter ke arah utara, 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline