Lihat ke Halaman Asli

Elen Pakpahan

Guru Bahasa Indonesia SD Candle Tree Serpong

Senandung Rindu untuk Ibu

Diperbarui: 22 Desember 2022   09:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://pin.it/63MqfGL

Mereka menyebutnya Ibu, sosok yang melahirkan, merawat, membesarkan, memberi makan, dan peduli setiap hari. Tidak seperti aku.

Mereka memanggilnya Ibu, sejak anak-anaknya dilahirkan, diberi pendidikan, sampai beranjak besar sekarang, terdengar menyenangkan. Bukan seperti aku.

Mereka menamainya Ibu, tokoh yang jadi panutan, teladan, dan kerap diberi penghargaan karena hormat dan rasa sayang. Bagaimana denganku?

Aku menyebutnya Ayah, yang tugasnya melebihi Ibu, hanya tidak pernah melahirkanku. 

Aku memanggilnya Ayah, yang mendidikku, menyekolahkan, bekerja sepanjang waktu, dan kutahu ia membanting tulang untukku.

Di mana Ibuku? Pernah kutanya pada ayah. Jawabannya hanya gelengan kepala dan air mata. Hanya bahu yang terangkat tanpa berani menatap. 

Ada yang ayah sembunyikan tentang Ibuku. Sepanjang waktu tak pernah diizinkan kutahu. Ayah bilang, "Ibumu hanya sebuah masa lalu. Jika kamu tahu mungkin kamu akan malu." Apalagi itu?

Mengapa aku harus malu? Apakah ibuku tak pernah mau mengaku bahwa ia punya anak yaitu aku?

Mengapa aku merasa malu? Jika mengenal saja tak pernah diberi kesempatan atau minimal sekadar harapan. 

Aku berharap akan tahu siapa ibuku. Aku ingin tahu di mana ia berada. Aku mau tahu apa alasannya tak berada di 'rumah'. Aku berkhayal tahu mengapa Ibu meninggalkanku.  Aku perlu tahu. Aku mencarimu, Ibu, dalam senandung rinduku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline