Lihat ke Halaman Asli

Junanto Herdiawan

TERVERIFIKASI

Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pesan Tuhan untuk Traveling, Selamat Mudik Kawan

Diperbarui: 2 Juni 2019   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan| Foto: Junanto Herdiawan

Pada waktu kecil, saya pernah bertanya ke Ustadz, "Pak Ustadz, amalan penting apa yang perlu saya lakukan untuk kehidupan. Apakah sholat atau puasa berlama-lama?" 

Dengan bijak ustadz saya bilang bahwa ibadah ritual itu bagus dan penting untuk dilakukan secara konsisten dalam hidup. "Tapi ada perintah Tuhan lain yang juga perlu kamu lakukan nanti", sambung pak Ustadz dengan tenang.

Apa itu? Pak Ustadz berkata, "Perbanyaklah jalan-jalan" .... Ya, jalan-jalan, boleh traveling, boleh piknik, tadabur alam. Intinya adalah pentingnya kita melakukan perjalanan ke berbagai tempat. Mungkin kalau istilah anak sekarang, traveling.

Awalnya saya bingung. Lah iya gimana gak bingung, karena saya nanya soal ibadah kok malah disuruh jalan-jalan. Tapi seiring dengan bertambahnya usia, saya menyadari bahwa semakin banyak jalan, semakin bertambah iman kita. Manusia pada dasarnya adalah peziarah. 

Esensinya manusia selalu melakukan perjalanan. Namun jalannya manusia tentu berbeda dengan hewan. Apa yang membedakan? Itulah yang dinamakan kualitas rohani dan kemampuan manusia mengambil makna dari perjalanan. Kualitas rohani manusia membedakan manusia dgn penghuni bumi lain. 

Dalam Al Quran 15:29, Allah SWT mengingatkan bahwa Ia telah meniupkan roh dari-Nya kepada Adam setelah jasadnya sempurna. Begitu pula bagi umat Nasrani yang meyakini Injil, yang menyebutkan, "Ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan mengembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. 

Demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup (Kejadian 2:7). Dari kisah penciptaan di atas, terlihat bahwa kualitas manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya.

Seluruh agama besar menempatkan manusia sebagai peziarah. Mulai dari Musa a.s yang melakukan perjalanan ke berbagai tempat, lalu Isa a.s yang juga melakukan perjalanan dari Nazareth ke Yerusalem. 

Dan Rasulullah Muhammad saw yang menempuh business travel ribuan kilometer berdagang sejak masa muda, serta terus melakukan perjalanan di masa kenabiannya. 

Rasulullah berdagang hingga negeri Syam (yang kini Lebanon dan Suriah) menempuh jarak jauh dan bertemu dengan berbagai suku bangsa. Di sini kita melihat bahwa melakukan perjalanan adalah hal yang juga dilakukan Nabi-Nabi di masa lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline