SEKSUALITAS PARA LAJANG
Julianto Simanjuntak
Salah satu tantangan terbesar bagi kita pada saat ini adalah integritas dalam hal seksualitas. Baik bagi yang sudah menikah maupun bagi yang lajang. Di satu sisi ada sebagian orang yang dengan sukarela menjadi lajang tapi sebagian lain merasa terpaksa (pisah hidup ataupun karena kematian).
Perlu kita sadari bahwa tidak semua para lajang punya daya iman, penguasaan diri dan kepribadian yang kuat menghadapi godaan di bidang seks. Dalam pengalaman di ruang konseling kami, sebagian klien bergumul dengan adiksi masturbasi, dan kecanduan pornografi yang membawa rasa bersalah tiada henti. Ada yang merasa bersalah karena mudah jatuh cinta dan tertipu dengan rayuan pria atau wanita yang baru saja dikenal. Sebagian lain merasa bergumul untuk mengatasi perasaan hasrat seksual dan harus berjuang menahan nafsu untuk tidak ke tempat pelacuran. Terutama mereka yang bekerja sebagai supir, pilot, pelaut atau mereka yang bekerja di bidang marketing dan sering keluar kota.
Tidak jarang, bagi klien kami pengalaman ini sangat mengguncangkan jiwa dan terkadang merasa bergumul dalam kesepian yang mendalam, karena pada akhirnya tetap harus sendiri lagi.
Mahluk Seksual
Kita pada dasarnya adalah manusia seksual, dan apa yang kita lakukan memiliki implikasi seksual. Kita tidak bisa menyangkali, atau berpura-pura seolah kita tidak butuh seks. Makin kita menyangkal dan merasa seolah tidak butuh, kita makin tertekan.
Seksualitas setiap orang perlu diekspresikan dalam kapasitas untuk mencintai dan dicintai. Tapi tidak semua pengalaman keintiman atau saling mencintai harus berakhir dalam relasi seks atau dalam pernikahan. Maksud saya, bahwa mencintai dan membangun relasi yang intim tidak selalu membutuhkan relasi genital.
untuk meengembangkan seksualitas yang sehat sebagai lajangm maka Anda perlu mengembangkan banyak relasi yang sehat, atau persahabatan yang utuh dan saling peduli. Mengembangkan hubungan yang saling menyayang, tetapi tanpa hubungan seksual.
Seksualitas para lajang diekspresikan dalam kebutuhan untuk mengalami pemenuhan emosional. Persahabatan yang hangat dan memuaskan menjadi cara yang sah bagi Anda yang lajang untuk mengekspresikan seksualitas. Seksualitas para lajang diekspresikan dalam pembelajaran untuk menerima dan mengendalikan perasaan seksualnya.
Anda tidak perlu menyangkali atau menekan perasaan seksualmu. Saat seseorang mencoba menyangkali perasaan ini, sama saja berarti mencoba melepaskan diri dari sisi kemanusiaan kita. Tidak baik bagi kita untuk menyangkal bahwa hasrat seks ada dan wajar dalam kehidupan kita pribadi.
Jauh lebih baik menerima perasaan tersebut. Jangan berpura-pura seolah anda tidak butuh. Jangan. Belajarlah mengakuinya, tapi bukan berarti melakukannya. Jangan sampai Perasaan seksual yang mengendalikan kita, tapi kitalah tuan atas hasrat tersebut. Dalam anugerahNya, dan kepribadian yang matang, gairah seksual itu bisa dikontrol.
ingat melampiaskan nafsu dan tidur sembarangan dengan orang yang bukan pasangan Anda justru akan menyiksa. Senang awalnya, tapi akan susah seterusnya. Ingat, persetubuhan seksual menciptakan ikatan “satu daging” yang misterius dan unik. Maksudnya, hubungan seks akan menciptakan suatu penyatuan diri yang sangat kuat.
Ingat, hubungan seks sesuatu yang jauh lebih daripada hubungan fisik. Ia mengikat emosi dan hati. Relasi itu menyentuh jauh ke dalam jiwa setiap orang dan menghasilkan penyatuan yang amat dalam. Apa yang menyentuh tubuh akan menyentuh jiwa juga. Hubungan seksual adalah tindakan diri seutuhnya yang mempengaruhi diri seutuhnya. Relasi seksual menjadi pertemuan pribadi antara pria dan wanita dimana tiap masing-masing melakukan sesuatu kepada yang lain, untuk kebaikan atau sebaliknya, dan itu takkan terhapuskan.
Jadi alasan dibalik larangan Berhubungan seksual bagi yang belum menikah jauh melampaui soal risiko kehamilan atau penyakit kelamin. Seks genital diluar pernikahan adalah salah “karena itu melanggar realitas terdalam dari tindakan itu; Tindakan itu salah karena orang yang tidak bermaksud menikah telah dengan sengaja mengikatkan diri.
Jadi, penyatuan tubuh TANPA MAKSUD menyatukan hidup, melanggar sifat alami dari pernikahan. Persetubuhan menandai – penyatuan hidup; dan penyatuan hidup berarti pernikahan. Ini akan meninggalkan perasaan frustasi dan ketidakpuasan tersembunyi – walaupun tidak pernah disadari. Upaya melibatkan diri dalam tindakan menyatukan tubuh tanpa maksud menyatukan hidup hanya akan melukai jiwa didalamnya. Luka seperti itu sering membusuk dan menjadi infeksi sehingga meracuni keseluruhan kehidupan emosi dan rohani pelakunya.
Apakah realitas persetubuhan terikat sama sekali tidak bisa diubah? Oh tentu saja bisa diubah, tapi membutuhkan jamahan Tuhan yang menyembuhkan. Pemulihan adalah sesuatu yang mungkin, asal Saudara mau memberi diri terbuka dan disembuhkan. Anugerah Tuhan dapat mengalir ke dalam jiwa yang terluka, menyembuhkan dan memulihkan. Untuk itu Anda perlu mencari bantuan konselor yang penuh belas kasih dan empati – seseorang yang berpengalaman dalam pelayanan pendampingan, dan siap menolong Anda hingga bebas dari ikatan tadi. Syaratnya, Anda harus terbuka dan mau menyelesaikannya. mengungkapkannya secara terbuka, dan siap untuk tidak mengulanginya.