Lihat ke Halaman Asli

Jujun Junaedi

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Di Meja Makan, Kenangan Si Unyil Mengalir: Menghidupkan Kembali Pesan Moral dari Generasi ke Generasi

Diperbarui: 2 Agustus 2025   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Meja makan dan tv jaman dulu kenangan si unyil mengalir. | Image by Unsplash.com/istockphoto

Empat puluh tahun yang lalu, ada satu rutinitas yang tak terlewatkan di rumah kami. Setiap Ahad pagi, saya dan keluarga akan berkumpul di meja makan. Sambil menikmati sarapan sederhana, mata kami tak lepas dari layar televisi hitam putih. 

Televisi satu-satunya waktu itu, TVRI. Di sana, sebuah serial boneka anak yang begitu menghibur dan penuh pesan moral selalu hadir. Ya, itulah Si Unyil dan kawan-kawannya. Kisah mereka bukan sekadar tontonan, melainkan pelajaran berharga yang ditanamkan sejak dini.

Waktu berlalu begitu cepat. Kini, Si Unyil telah berubah bentuk. Dari boneka kayu yang digerakkan tangan, ia bertransformasi menjadi animasi modern. Ada "Laptop Si Unyil" dan berbagai versi lainnya. Boneka-boneka aslinya bahkan sudah dimuseumkan. 

Namun, bagi kami yang tumbuh di era 80-an, memori tentang Si Unyil yang jadul tak akan pernah pudar. Cerita-cerita sederhana di desa, nasihat dari Pak Raden, hingga canda tawa teman-teman Unyil masih terasa hangat. 

Kenangan itu seperti mengalir begitu saja, terutama saat kami mengenang kembali cerita meja makan di Ahad pagi yang penuh kebersamaan.

Pesan Moral yang Mengalir dari Meja Makan

Setiap Ahad pagi adalah waktu yang dinanti. Setelah salat subuh dan membantu ibu, kami akan berkumpul di meja makan. Ini adalah momen sakral, di mana kami bukan hanya mengisi perut, tapi juga mengisi hati dengan kebersamaan. 

Sambil menyuap nasi dan lauk seadanya, kami disuguhi cerita-cerita dari Si Unyil. Tayangan ini menjadi pembuka hari yang sempurna, mendidik tanpa terasa menggurui.

Ada banyak pelajaran yang kami dapat dari serial ini. Mulai dari pentingnya kejujuran saat Unyil menemukan dompet, hingga kerja sama saat mereka membersihkan desa. Karakter-karakter di dalamnya sangat beragam, mencerminkan masyarakat Indonesia. 

Ada Pak Raden yang tegas tapi sayang, ada Usro yang usil, ada Melani yang cerewet tapi baik hati, dan lain-lain. Semua karakter ini mengajarkan kami tentang toleransi dan bagaimana berinteraksi dengan orang yang berbeda.

Bagi anak-anak era itu, Si Unyil adalah cerminan dari kehidupan kami. Mereka menghadapi masalah sehari-hari yang sederhana namun berharga. Misalnya, bagaimana cara membantu orang tua, bagaimana menghadapi teman yang curang, atau bagaimana menolong orang yang kesusahan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline