Lihat ke Halaman Asli

Juanda

Kompasianer Taruna

Jual Beli Data Pribadi, Atasi dengan 3T Ini...

Diperbarui: 22 Mei 2019   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi ruang kerja telemarketing [sumber: fieldboom.com]

"Akar segala kejahatan ialah cinta uang."

Lao Tzu yang artinya Guru Besar (604-517SM) di Tiongkok pernah menulis karya sastra yang berjudul Tao Te Ching, yang artinya 'Jalan Klasik dan Kekuatannya'. Dalam ajaran Tao yang berkembang pada abad ke 6 sebelum Masehi ini menelurkan filosofi Yin dan Yang.

Filosofi dengan perlambangan hitam dengan adanya bulatan putih, lalu dipadu dengan putih dengan adanya bulatan hitam, ini memberikan gambaran bahwa dalam kehidupan ini, ada dua sisi yaitu terang dan gelap. Keduanya itu tak bisa dipisahkankan satu dengan yang lainnya.

Penggambaran itu ingin menunjukkan bahwa apa pun yang terjadi dalam dunia ini, akan melibatkan dua sisi, yaitu yang mengandung unsur maslahat dan mudarat. Ada kebaikan atau keburukkannya. Ada keuntungan atau kerugiannya. Ada positif atau negatifnya. Tidak mungkin satu sisi. Ini tergantung sudut pandang atau menggunakan kacamata jenis apa?

Apalagi John Stuart Mill menjelaskan bahwa manusia adalah mahkluk ekonomi (homo economicus), maka dalam segala hal dalam hidup ini, akan mencari keuntungan untuk dirinya sendiri. Seperti saat mencari pacar saja, akan memilih yang 'menguntungkan' dirinya, yaitu ganteng atau cantik, ukuran postur tubuh dan warna kulit, bisa menjadi standar yang perlu diperhitungkan.

Demikian juga dengan kemajuan teknologi. Tak bisa dihambat, akhirnya semua sedang dalam proses online dan transparan. Online bisa dijangkau dengan cepat dan serentak, serta transparan bisa merujuk kepada keterbukaan. Namun ada persoalan bahwa di dalamnya ada data yang mestinya dimasukkan dalam kategori pribadi (private).  

Terjadi Sejak Dulu
Dari dulu sesungguh data-data kita telah diberikan pada peristiwa pendaftaran, seperti masuk sekolah atau kuliah, mengurus surat-surat (KTP / Paspor), berhubungan dengan perbankan atau kartu kredit, mengisi data saat dapat nomer untuk ikut undian dan sebagainya. Saat itu belum secanggih saat ini, namun apakah tidak ada jual beli data pribadi?

Sepertinya dulu tidak tegas disebut jual beli, tapi saling membantu atau tukar data antar teman untuk sekadar saling membantu dalam urusannya dengan pemasaran sebuah produk khususnya melalui telemarketing. Namun mungkin saat itu konsumen tidak terlalu memikirkannya dan juga tidak sering terjadi, maka dianggap tidak ada masalah.

Namun saat ini dengan kemajuan teknologi, maka ada kesempatan yang lebih lagi untuk memanfaatkan data-data ini dalam mengais rejeki. Tak ayal korbannya adalah masyarakat yang gagap teknologi, karena akan dikemas dengan penawaran yang menggiurkan sekaligus menguntungkan. Di sinilah masyarakat perlu belajar untuk melek teknologi saat ada penawaran melalui e-mail maupun mendapat telpon dari seseorang.

Apakah tidak ada keuntungan saat kontak kita di tangan orang lain? Tetap ada. Salah satu contoh, awalnya untuk memiliki kartu kredit begitu sulit, lalu tiba-tiba ada telpon yang mengatasnamakan sebuah bank tertentu menawarkan kartu kredit. Semula ragu. Namun dalam telpon itu tertjadi tanya jawab tentang status si penelepon dan produknya, akhirnya menerima tawarannya. Alhasil dalam 2 bulan kemudian kartu kredit juga tiba di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline