Lihat ke Halaman Asli

Joshua

Akun arsip

Puisi: Kuda dan Unicorn

Diperbarui: 21 Februari 2019   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/shopify/unicorns

Unicorn dan kuda
Dua makhluk yang sama tapi beda
Satunya fiksi, lainnya nyata
Satunya masih imaji, lainnya bisa dilihat mata

Unicorn dan kuda
Mendobrak batas antara nyata dan maya
Menyemarakkan pesta
Dua pria berebut tahta
Ceritanya ada penantang melawan petahana
Sejak lima tahun silam, orang-orangnya masih sama
Hanya saja kali ini lebih besar skalanya
Tak terhitung dengan jari, banyaknya pemilih pemula
Didominasi kaum milenial, mereka yang muda
Ada yang masih nyaman dengan narasi lama
Ada pula yang menatap masa depan dimuka
Tujuannya sama-sama ingin bangun bangsa

Unicorn dan kuda
Muncul dua makhluk ini dalam debat
Dua kandidat
Bertarung demi sebuah kedudukan terhormat
Inilah putaran kedua mereka bergulat
Sampaikan visi misi demi meyakinkan rakyat
Bahwa mereka mampu jadikan negara semakin hebat
Adu gagasan dan adu kiat
Masih bisa selagi masih dalam tenggat
Yang satu pamer ekonomi meningkat
Yang lain mengklaim rakyat semakin melarat
Entah data siapa dan mana yang paling akurat
Sebagian bilang, debat ini cuma bikin penat
Sebagian lainnya bilang, debat ini nikmat
Apalagi bila ditonton bersama teh atau kopi pekat

* * * * *

Unicorn dan kuda
Unicorn merujuk pada kuda dengan cula
Putih warnanya
Ia kerap muncul dalam dongeng malam dari ayah dan bunda
Menjelma menjadi terminologi bisnis dunia maya
Aplikasi daring dengan valuasi lebih dari semilyar dolar Amerika
Muncul dalam gawai yang dipakai anak muda hingga orang tua
Pilihannya beraneka
Dari ojek, agen perjalanan hingga toko belanja
Uniknya, merekalah ojek tanpa armada
Toko virtual tanpa gerai atau wisma
Jual-beli bisa tuntas dalam hitungan detik saja
Mereka mengklaim diri menjadi perusahaan teknologi semata
Menghubungkan penyedia jasa dengan para pengguna
Investor asing mulai menanamkan modalnya berlomba-lomba
Kubu sebelah bilang, peran asing makin menggurita
Kubu lain bilang, uangnya tetap kembali bagi negara
Padahal pajaknya saja belum tertata saat puisi ini direnda
Bagaimana bisa pemerintah memanen dari cuan bisnis anak muda?

Unicorn dan kuda
Terpinjam oleh kondisi politik elektoral
Mengadukkacaukan akal
Dipakai sebagai gagasan yang boleh dibilang sempal
Namun mampu dipakai untuk menjungkal
Strategi menyerang yang setengah banal
Penonton dan pemirsa dibuat bingung hingga terpingkal-pingkal
Debat itu terasa berlalu tanpa kesimpulan pada ujung pangkal

Unicorn dan kuda
Permainan semiotika yang asyik
Disaat kubu-kubu pendukung kedua paslon tengah berisik
Mengaminkan jagoan merekalah yang akan naik
Sementara yang lainnya disumpahi panen elektabilitas jatuh menukik
Selain istilah cebong dan kampret yang semakin udik
Sontoloyo, genderuwo, kebakaran jenggot, hingga parnoko yang menggelitik
Berebut dukungan walau kadang caranya tak simpatik
Masih ada yang berani sebar hoaks semudah mengetik
Padahal para negarawan telah memberi peringatan dan kritik
Supaya kita tidak saling usik
Nol satu atau nol dua, dua-duanya laik
Yang penting, kelak di bilik suara, rakyat akan memilih yang terbaik
Biarkan suara rakyat mendengung lantang seperti pekik
Menghimpun lirih mereka yang menjerit karena harga sembako mencekik
Atau derai keluhan harga BBM yang tronjal-tronjol turun dan naik
Tantangan bagi siapapun presiden yang mampu menjawab problema pelik
Narasi perbaikan lima tahunan yang klise dan klasik

* * * * *
Unicorn dan kuda
Menjadi pertaruhan kelas teratas
Akan integritas, kredibilitas dan sportivitas
Supaya siapa yang terpilih bisa langsung tancap gas
Agar negeri gemah ripah loh jinawi ini tak getas
Dengan hamparan geografis yang luas
Generasi produktif dengan jumlah, karya, dan kualitas yang trengginas
Terpimpin bersama amir yang bernas
Niscaya negeri ini takkan punah, hancur, apalagi tersisa bagai ampas
Bersinar seperti kilau emas
Bikin bangsa lain takjub sekaligus gemas
Akan tiada lagi Indonesia ngemis dan ngenas

Unicorn dan kuda
Entah apakah akan muncul kembali lima tahun lagi
Sebagai jerat atau sebagai taji
Debat capres kemarin terasa elegi
Hanya karena kandidat yang tak paham terminologi
Bagi anak muda, itu sudah ironi
Bahan satire oposisi yang sakit hati
Padahal maksudnya bukan mendiskreditkan atau menghakimi
Muncul kembali penyakit baper dan sensi
Antara jualan pesimisme atau optimisme yang mendominasi suksesi
Kita akan tetap terjebak dalam situasi berulang seperti hari ini
Wabah ini akan merebak di daerah yang lebih kecil lagi
Dalam pemilihan gubernur, walikota atau bupati
Cukuplah anak cucu tahu ini
Kuda itu hobi, unicorn itu teknologi
Kalau bukan Google, siapa yang harus jelaskan lagi?
Unicorn lebih memihak mana, teknologi atau tradisi?
Aku pun sangsi
Titik-titik kosong atas pertanyaan itu takkan pernah terisi
Selama kita masih sibuk merebut dominasi tanpa pernah memberi arti
Bangsa ini butuh solusi, lebih dari sekedar argumentasi
Kontestasi ini telah banyak menguras konsentrasi dan energi
Masyarakat jualah yang akan merugi
Waktu tersisa tak banyak, yuk kita berkolaborasi!

Unicorn dan kuda, cukuplah, kembalilah ke kandang
Ada yang menantikan kalian pulang
Terserah mau berlari atau terbang
Menikmati hijaunya rumput di tanah lapang
Atau kembali jadi rekaan dalam awang-awang
Tanpa melihat langsung sang pemenang
Ke istana niscaya ia akan datang
Mengisi linimasa sejarah yang akan manis dikenang

-Joshua Marli, Indonesia, 21 Maret 2019, dalam perenungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline