Lihat ke Halaman Asli

Jose Hasibuan

TERVERIFIKASI

Seorang abdi bangsa

PDP Tewas karena Lompat, Waspada Depresi akibat Corona

Diperbarui: 18 Mei 2020   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gambar : morrisonclinic.com

Sabtu (16/05/2020) tersiar kabar tewasnya seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang lompat dari lantai empat kamar isolasi pasien corona salah satu Rumah Sakit di Jakarta Timur. Berita ini menyadarkan kita bahwa virus corona tidak hanya menimbulkan gejala klinis terhadap penderitanya, tetapi juga masalah kejiwaan.

Dari fakta yg terungkap, si PDP tersebut sempat minta pulang ke rumah pada malam harinya. Menurut saya, ada kekuatiran besar dialami PDP bersangkutan, bahwa ia tak mungkin akan bisa sehat kembali. 

Meski berita jumlah pasien sembuh terus meningkat, ternyata tidak cukup meyakinkan beberapa pasien corona untuk semangat sembuh. Kejadian ini menambah PR baru dunia medis terhadap penanganan pasien corona, bagaimana menolong para pasien agar tak mengalami depresi.

Depresi adalah salah satu masalah kejiwaan yang sering kita temui dalam kehidupan. Biasanya depresi muncul diawali perasaan takut, kesepian, sangat sedih dan kecewa, serta tak ingin melakukan apa-apa. Jika perasaan-perasaan ini tidak dapat diatasi, orang yang bersangkutan akan sampai mengalami depresi berat hingga merasa ingin mati saja.

Tentu saja kita tidak berharap kejadian ini akan kembali berulang. Setiap kita perlu mawas diri dan menolong orang lain agar tidak mengalami depresi akibat corona. Kita perlu mengenal penyebab depresi  karena corona, agar dapat menghindarinya.

Apa saja kemungkinan yang dapat menyebabkan depresi karena corona di tengah pandemi saat  ini? Menurut saya, ada dua hal yang perlu diwaspadai, kemungkinan yang dapat memicu depresi karena corona.

Pertama, kita perlu waspada menjadi depresi karena pemikiran bahwa covid-19 tidak dapat disembuhkan. Corona memang adalah virus yang dapat menyebabkan kematian. Tidak sedikit pasien corona mengalami gejala klinis berat, terutama pasien usia lanjut. 

Gejala Pneumonia akut akibat virus ini, memang dapat menyebabkan kerusakan hebat pada paru hingga menimbulkan gagal pernafasan. Biasanya pasien-pasien yang mengalami gelaja berat ini harus dirawat di ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan oksigen melalui selang ventilator. Banyak juga pasien dengan kondisi klinis berat ini akhirnya harus meregang nyawa karena tak tertolong dan berujung kematian.

Informasi seperti ini terkadang membuat banyak orang merasakan ketakutan hebat. Perasaan tak akan tertolong dan segera akan mati, akan membayangi pasien corona. Saat seseorang mulai dinyatakan sebagai PDP corona, ia harus dapat mengontrol perasaan takut ini. Dukungan keluarga berperan penting dalam memberikan semangat untuk sembuh.

Namun, peran paramedis juga tak kalah penting dalam hal ini. Kepekaan terhadap kondisi kejiwaan pasien perlu lebih diperhatikan. Terkadang sikap kurang hospitality dan kurang melayani dari paramedis, turut menambah rasa takut ini. Memang tidak dapat dipungkiri, faktor kelelahan dan potensi kuat untuk terpapar adalah hal yang harus dipahami juga.

Kedua, kita perlu waspada menjadi depresi karena tekanan-tekanan hidup yang mungkin muncul akibat masa pandemi ini. Tidak sedikit dari para pasien corona telah lebih dulu mengalami kehilangan akibat kematian orang yang dikasihi. Perasaan kehilangan yang sangat berat dan tidak mampu diatasi akan memicu terjadinya depresi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline