Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Memori

Diperbarui: 16 September 2025   19:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: siaranesia.com

Membuka media sosial membuatku melanglang buana, ke masa kecilku. Gara-gara bermunculan video singkat tontonan masa kanak dulu. Sebut saja Sailormoon, Dragon Ball, Ninja Hatori dan judul lainnya.

Ingin kembali ke masa lalu. Masa yang hanya diisi dengan belajar dan bermain. Sesekali melamun atau mengkhayalkan artis era sembilan puluhan. Tak jarang surat menyurat untuk artis idola, atau membeli poster tokoh film kartun yang akhirnya menghiasi dinding kamar.

Benar-benar membuat rindu masa kecil. Ingin kuulang kembali masa-masa itu. Namun, kurasa itu tak mungkin terjadi. Kalau bisa diulang, maka aku bisa lelah menghadapi masalah demi masalah dari kecil yang sering di-bully teman sekelas. Pembullyan itu membuatku tak akrab dengan teman SD, sampai sekarang. Dan, itu pengalaman yang pahit dan tentu tak ingin kurasakan lagi.

Menginjak usia remaja, aku harus berpikir dan bertindak lebih dewasa daripada teman sebayaku. Ya, demi orang tua yang sudah merasakan kewalahan karena kakak sulungku. Aku belajar untuk tidak mengecewakan orang tua. Berusaha untuk menuruti semua nasihat mereka berdua.

Masuk usia SMA, kedewasaan terus mendarah daging dalam diriku. Aku sama sekali tak memikirkan untuk dekat dengan lawan jenis, sekalipun ada seorang teman yang selalu menemaniku di jam-jam istirahat. Berdiam di kelas.

"Kamu ke kantin saja, Ndi," ucapku kepada Randi, teman yang duduk tepat di depan mejaku. "Nggak usah, aku bawa bekal. Makan di sini saja," jawabnya. Aku sendiri memang jarang jajan, dan tidak bawa bekal juga. Biasanya aku puasa Senin-Kamis.

Tak jarang dia meminjam catatanku, meski aku bukan termasuk siswa pandai di sekolah kami. "Yang penting catatanmu lengkap. Aku nggak bisa nyatet cepet. Kamu yang telaten."

Kedekatan kami itu ternyata terbaca oleh teman-teman seangkatan. Hingga ada ucapan-ucapan yang membuatku tak enak kalau berbincang atau bertemu dengan Randi. Aku benar-benar takut. Ketakutanku itu hanya kupendam sendiri. Aku mulai menjauhinya dan akhirnya benar-benar jauh. Saat ini, kalau aku ingat perlakuanku, aku benar-benar merasa jadi orang yang sangat jahat kepada teman sebaik dia.

Apakah aku ingin mengulang kembali masa SMA? Entahlah! Jikalau iya, aku hanya ingin mengulang pada bagian di mana aku akan bicara baik-baik dengan Randi, akan kurawat persahabatan dengannya sampai kapanpun.

Ke masa-masa kuliah, semua berjalan sebagai mana mestinya. Kuliah terbilang lancar, meski ada masalah dengan teman. Namun, masalah itu tak membuat kuliahku hancur. Bahkan, aku termasuk mahasiswa yang lulus paling awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline