Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mujahidah

TERVERIFIKASI

Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Cerpen | Mbah Kromo

Diperbarui: 19 Juli 2020   08:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: genpi.co

Sebut saja mbah Kromo. 

Meski sudah tergolong sepuh, namun semangatnya untuk mencari nafkah sungguh luar biasa. Dua anaknya telah sukses, satu menjadi dosen dan satu lagi menjadi arsitek. Namun demikian, mbah Kromo tidak mau bergantung kepada dua anaknya itu.

"Ngerti anakku padha sukses we aku wis seneng (Melihat anakku sukses, aku sudah bahagia)" ceritanya suatu saat.

Bahkan ketika dua anaknya mau memberikan uang setiap bulan, mbah Kromo tidak mau menerimanya.

"Wis. Duite nggo putu-putuku wae. (Sudahlah. Uangnya buat cucu-cucuku saja," ucapnya sambil menyerahkan amplop coklat dari anak-anaknya.

Dua anaknya sampai geleng-geleng kepala. Mereka tidak bermaksud mengasihani mbah Kromo. Mereka ingin bapak mereka juga turut merasakan jerih payah mereka.

"Aku isih kuat golek duit nggo belanja saben dina, ndhuk. (Aku masih kuat cari uang untuk belanja harian, ndhuk)"

*

Ya Mbah Kromo adalah sosok yang ulet dan jujur. Keuletan dan kejujuran mbah Kromo juga diwariskan kepada dua anaknya. 

Akibatnya kedua anaknya juga bisa sesukses sekarang. Keluarganya pun tenteram. Tak ada keributan yang membuat rumah tangga bubar.

Sampai berusia 70 tahun ini mbah Kromo masih aktif berjualan. Jualannya pun termasuk unik. Barang-barang antik tetapi dijual murah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline