Lihat ke Halaman Asli

Jonny Hutahaean

tinggi badan 178 cm, berat badan 80 kg

Politik, Agama, Bajingan

Diperbarui: 8 Januari 2018   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: pinterest.com/jillannec3

Katanya di kalangan anak muda tumbuh rasa antipati terhadap politik, dan banyak dari mereka yang merasa bahwa agama dan politik perlu dipisahkan secara jelas. Jauhkanlah agama dari politik, dan jauhkan juga politik dari agama. Agama itu wilayah privat, politik itu wilayah publik. tetapi betulkah harus begitu? .... saya urun pendapat.

'1. Hakekat Agama

Agama itu untuk membuat teratur dan berlandaskan cinta-kasih. Tuhan adalah kasih, engkau adalah anak Allah dan kepunyaan yang Mahatinggi (Kristen). Cinta adalah ini, yakni bahwa kamu tidak semestinya menganggap dirimu sendiri terlalu kecil, dan bahwa Allah Mahabesar (Islam). Orang dapat memuja Tuhan dengan cara terbaik melalui cinta (Hindu). Cinta adalah wadah Tuhan (Shinto). Hendaknya manusia memelihara, demi kepentingan orang lain, hati penuh cinta (Bhudda).

Buah dari agama adalah cinta, buah dari cinta adalah persatuan. Agama, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika saling bertautan sangat erat dan mesra.

'2. Hakekat Politik

Politik pada dasarnya adalah seni mencapai sesuatu, dan yang dimaksud dengan sesuatu itu mencakup spektrum yang luas. Politik yang untuk mencapai kekuasaan, itu hanya salah satu spesies dari politik. Ketika anda melakukan sesuatu, misalnya berdandan lebih modis dari biasanya, tersenyum lebih sumringah, dan suara mendadak berubah menjadi lembut dan puitis, untuk menarik perhatian sang pujaan hati, sebenarnya anda sedang berpolitik, namanya politik cinta. 

Di politik cinta itu, anda sama sekali tidak membutuhkan partai politik yang manapun, baik demokrat atau yang republik.

Politik itu adalah seni, seni itu adalah peradaban. Pada peradaban yang berbeda, politik berlangsung dengan cara atau metode yang berbeda. Di peradaban Barat sana, politik cinta lebih mengarah ke to the point saja. I love you, atau bahkan tanpa angin tanpa topan langsung mengatakan will you marrie with me?, sambil menyodorkan kotak cincin atau setangkai mawar merah yang durinya sudah dicabut.

Politik cinta di peradaban timur bukan begitu caranya. Di Sumatera Barat, politik cinta itu berjalan mbulet, berputar-putar, berbalas pantun. Memang sangat banyak pujangga yang berasal dari sana. Kalau kau langsung mengatakan maukah kau menikah denganku, hasilnya kalau bukan pipi kena tamparan keras, bisa juga selangkangan yang kena tendangan silat. Hati-hati, di sana banyak pendekar silat.

Politik kekuasaan juga begitu. Di peradaban Barat, rasa malu dan kekuasaan berdampingan saling mengawasi. Di peradaban timur, kebanyakan kemaluanlah yang berdampingan dengan kekuasaan, tetapi tanpa rasa malu.

Jadi, mengacu ke kemurnian makna, politik itu adalah seni mencapai sesuatu, seharusnya tidak ada lagi perdebatan tentang apa itu politik, tidak ada juga rasa antipati terhadapnya. Menjauhkan diri dari politik, bisa menyebabkan jomblo yang berkepanjangan. Atau berpolitik di luar peradaban, hati-hatilah terhadap selangkangan anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline