'3. Agama di Politik
Buah dari agama adalah cinta, buah dari cinta adalah persatuan, maka politik yang mempersatukan  membutuhkan agama. Itu perlu agar sesuatu yang baik dicapai dengan cara yang baik. Di semua sendi kehidupan, adagium sesuatu yang baik diraih dengan cara yang baik mestilah eksis dan berlaku, semua kita berharap begitu.
Seribu jalan ke Roma, kata pepatah yang oleh entah siapa. Tetapi jikalau anda dari Balige hendak ke Roma, jika anda melewati keseribu jalan itu maka sampai kapanpun anda tidak akan pernah menginjakkan kaki di Roma. Anda harus memilih hanya satu jalan, dan lalu jalanilah. Begitu juga, seribu cara meraih sesuatu, tetapi kalau keseribu cara itu anda cobakan, kapanpun anda tidak akan pernah meraih apapun. Dengan ketetapan hati, anda hanya boleh memilih satu cara.
Di situlah peran agama di semua spesies politik sangat diharapkan, yaitu cara agar tujuan yang baik dicapai dengan cara yang baik. Tujuan yang baik yaitu persatuan, dicapai dengan cara yang baik, yaitu melalui cinta-kasih. Kan sudah saya sebut di atas, buah dari agama adalah cinta, buah dari cinta adalah persatuan. Kemurnian agama bertemali erat sangat mesra dengan kemurnian tujuan politik.
Itu sebabnya, saat sidang paripurna di parlemen dalam rangka membagi kekuasaan politik, orang-orang yang memegang kekuasaan agama harus selalu dilibatkan.
'4. Politik di Agama
Meski agama itu adalah tentang hubungan personal dengan Tuhan yang diimani, tetapi umat agama itu juga adalah mahluk sosial. Di ranah sosial itu ada yang seagama, ada yang berbeda agama, ada yang tidak beragama, banyak juga yang tidak jelas.
Kumpulan dari golongan seagama memerlukan institusi atau lembaga, yang diperlukan agar jalannya keagamaan tidak serampangan, dan tidak sesuka hati. Jadi, suka atau tidak suka, mau atau tidak rela, pada akhirnya golongan yang seagama harus membentuk suatu wadah organisasi. Hakekat dari semua organisasi adalah ada struktur, ada jenjang, ada pembagian tugas dan tanggungjawab.
Agar roda organisasi, atau roda institusi, atau roda lembaga, dapat berputar mulus tidak berderik dan tidak berderak, politik menjadi sebuah keharusan.
Maka, pada sidang paripurna dalam rangka memilih pemimpin tertinggi organisasi, dukungan kekuasaan negara selalu dilibatkan.
Akan tetapi kenyataan tidak dapat selalu semanis harapan, selalu ada deviasi. Meskipun deviasi kecil, dampaknya bisa sangat signifikan. Karena deviasi itu, pelakunya adalah para bajingan.