Lihat ke Halaman Asli

Jepe Jepe

TERVERIFIKASI

kothak kathik gathuk

Indonesia Sukar Kendalikan Pandemi, FDI Bisa Lari?

Diperbarui: 28 Juli 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eksodus WN Jepang dan keluarga tiba di Bandara Narita setelah meninggalkan Indonesia (sumber: Kyodonews.net)

Kepulangan 50 ekspatriat warga negara (WN) Jepang dan keluarganya pada Rabu 14 Juli 2021 yang lalu seperti dilaporkan Japan Times, 15 Juli 2021, yang juga dilansir berbagai media di tanah air cukup menjadi topik utama pemberitaan terkait meledaknya angka penularan COVID-19 beberapa minggu belakangan ini. CNBC Indonesia, 16 Juli 2021, menambahkan bahwa selain WN Jepang, WN Viet Nam, Korea Selatan dan Taiwan juga dilaporkan banyak yang meninggalkan Indonesia untuk menghindari ganasnya galur delta. Laporan terakhir menurut CNBC Indonesia, 23 Juli 2021 mengungkapkan bahwa berdasarkan data imigrasi,  10.612 WNA yang berasal 10 negara yakni Jepang, Tiongkok, Korea Selatan, Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Rusia, Jerman, Belanda, dan Saudi Arabia telah meninggalkan Indonesia selama periode 1 - 23 Juli 2021.

Berbeda dengan WNI dari Tiongkok yang melakukan eksodus ke tanah air pada tahun 2020 yang lalu yang kebanyakan adalah pekerja migran dan pelajar (BBC, 4 Februari 2020), WN asing yang meninggalkan Indonesia pada hari-hari belakangan ini bisa diduga merupakan pekerja asing yang menduduki level manajemen pada pelbagai pabrik milik perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia. 

Fakta ini tentu cukup untuk menimbulkan kekuatiran pada pemerintahan Presiden Joko Widodo.  Presiden Jokowi secara strategis telah mengaktifkan kembali Kementerian Investasi dan mengangkat  Bahlil Lahadalia pada bulan April 2021 untuk menduduki jabatan menteri demi mendongkrak investasi asing secara langsung alias foreign direct investment atau FDI sebagai salah satu usaha pemulihan ekonomi paska pandemi.

Akankah gelombang serangan pandemi yang menghebat sebulan belakangan ini akan memengaruhi investasi asing langsung di Republik Indonesia pada bulan-bulan atau tahun-tahun yang akan datang?  

Di ASEAN, Indonesia Tertinggal dari Viet Nam dan Thailand  

Minimum ada 2 indikator yang memerlihatkan daya tarik Indonesia bagi negara-negara asing untuk berinvestasi secara langsung. Pertama, Indonesia berada di rangking ke-6 di ASEAN di belakang Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam dan Viet Nam, dalam  indeks kemudahan melakukan bisnis  yang dikeluarkan Bank Dunia secara berkala. Kedua, dalam indeks daya saing yang dikeluarkan oleh the World Economy Forum (WEF) tahun 2020, Indonesia menduduki peringkat ke-4 di ASEAN sejajar dengan Viet Nam, di belakang Singapura, Malaysia dan Thailand. 

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok sejak 2018 telah menyebabkan banyaknya industri milik kedua negara dan negara-negara Eropa yang melakukan relokasi dari Tiongkok ke negara-negara di Asia Tenggara dan hal ini seharusnya menjadi peluang bagi RI untuk meningkatkan FDI sepanjang 2019. Namun demikian, kenyataan di lapangan mencatat sebaliknya.

Ginting (2019) mencatat bahwa dari 33 investor yang meninggalkan Tiongkok sepanjang 2019, tidak satupun yang memilih untuk merelokasi usaha mereka di NKRI. Gorbiano & Rahman (2019) mencatat bahwa 23 dari investor tersebut merelokasi usaha mereka, ke Viet Nam, sementara 10 sisanya merelokasi beberapa negara lain di antaranya Kamboja, Malaysia, dan Thailand. 

Lebih jauh lagi, Djumala (2020) mencatat bahwa memanfaatkan perang dagang Amerika Serikat - Tiongkok, sepanjang 2019 ekspor Viet Nam (lagi-lagi!) dan Thailand ke Amerika Serikat meningkat masing-masing 36% dan 5% sementara ekspor Indonesia ke negeri paman Sam hanya naik 3% saja sepanjang tahun tersebut. Investasi asing di Viet Nam yang sangat terpusat pada sektor fabrikasi berorientasi ekspor jelas berperan dalam mendongkrak ekspor negeri bekas jajahan Perancis dan Amerika itu.

Selanjutnya, sepanjang 2020, Indonesia mencatat penurunan pada paruh pertama yang disusul kenaikan cukup tajam pada paru kedua. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penurunan FDI di Indonesia sebesar 3,4% pada semester pertama 2020 yang menandakan dampak pembatasan pergerakan di Asia timur menyusul pecahnya COVID-19 pada Januari-Februari 2020 di Tiongkok. Harapan akan pemulihan ekonomi terlihat dengan naiknya FDI sebesar 13,7% sepanjang paruh kedua 2020. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline