Lihat ke Halaman Asli

Joko Ade Nursiyono

TERVERIFIKASI

Penulis 34 Buku

Kitab Arti Fisika "Kaf"

Diperbarui: 5 Agustus 2016   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Salam Fisika!

Sebagai pembuka, kali ini saya akan mengulas tentang makna kehidupan berdasarkan rumus jarak, kecepatan dan waktu. Di dalam Fisika, jarak dipandang sebagai sebuah besar skalar, karena ia hanya mempunyai besar, tetapi tidak mempunyai arah. Kecepatan merupakan sebuah besaran turunan dan sebagai besaran vektor, yaitu besaran yang tidak hanya mempunyai besar saja, tetapi juga mempunyai arah. Sedangkan waktu merupakan besaran pokok yang besaran skalar.

Secara umum, berdasarkan kajian secara empiris, kecepatan berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh oleh sebuah benda atau partikel dan berbanding terbalik dengan waktu untuk menempuh jarak tersebut. Kalau dirumuskan secara matematis yaitu:

v = s : t

atau:

s = v t

Berdasarkan rumus tersebut, secara implisit memberikan beberapa makna bagi kehidupan kita. Makna dari rumus tersebut adalah bahwa kecepatan seseorang untuk mematangkan pola pikirnya adalah setara dengan panjangnya jalan kehidupan yang berhasil ia raih. Pola pikir yang matang menunjukkan pola pikir yang dewasa. Semakin panjang jalan hidup yang berhasil dilalui oleh seseorang, seiring dengan berjalannya waktu ia akan mendapatkan pengalaman dan pendidikan secara alamiah.

Untuk mempercepat pematangan pola pikir, tentu ia harus melalui jalan kehidupan sebanyak mungkin, menorehkan kebermanfaatan sebanyak mungkin dengan mengefisiensikan waktu hidupnya. Dengan kata lain, kecepatan (v) juga dapat dipandang sebagai ukuran produktivitas seseorang selama ia hidup di dunia (t). Hasil-hasil yang ia capai selama hidupnya, lebih banyak daripada waktu yang secara normal tersedia untuknya.

Produktivitas inilah yang juga menunjukkan gaya hidup manusia yang optimal. Sebab, ia mampu menggunakan waktu sesempit mungkin untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Melalui jalan yang panjang (s), sebuah proses itu akan mampu mendidik pola pikir serta alur berpikirnya, selama menempuh proses itu, pengalaman pun akan satu per satu melekat pada dirinya. Dengan begitu, manusia bisa mengolah permasalahan di dalam hidupnya sebab pengalaman adalah guru yang paling utama.

Betapa banyak manusia yang lalai terhadap waktu luangnya, menggunakan waktu dengan aktivitas yang tidak bernilai manfaat. Apalagi bila manusia dihadapkan dalam kondisi berharta melimpah, tentu tiada sedetik pun waktu yang hendaknya ia hargai. Ia hanya fokus untuk memperkaya dirinya, bermanfaat hanya untuk dirinya sendiri sehingga yang timbul justru egoisme belaka.

Bila tiada apapun kebermanfaatan yang dapat diberikan oleh seseorang kepada orang lain, katakanlah nilai (s) mendekati nol, sedangkan waktu (t) terus berlanjut dan terakumulasi sedemikian rupa, tentu dikatakan produktivitasnya (v) akan mendekati nol. Pada kondisi ini, manusia tampak tak ada berguna sama sekali, manusia akan senilai dengan sampah karena tidak ada nilai guna yang ia berikan kepada orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline