Lihat ke Halaman Asli

Joko Yuliyanto

pendiri komunitas Seniman NU

Jadilah Sandal Berkualitas

Diperbarui: 17 Januari 2020   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto pribadi

Untuk beberapa teman dekat, mungkin sudah sering mendengar cerita saya tentang analogi jodoh sebagai sendal. Namun kemarin saya melihat di media sosial ada yang tidak terima mengenai pengistilahan "sendal" yang dipikirnya dikhususkan kepada perempuan. Padahal analogi tersebut bisa untuk keduanya.

Jika masih bingung maksud saya, berikut akan saya jelaskan. Analogi ini masih saya ingat sampai sekarang ketika kiai saya pernah mengatakan yang demikian. Bahwa setiap orang mempunyai jodoh masing-masing yang diibaratkan dengan "sendal". Pesan itu disampaikan saat saya sekitar berumur 12-13 tahun. Sejak saat itu saya berusaha menjadi "sendal" yang berkualitas untuk pasangan saya kelak. Pun saya berharap yang demikian dari calon istri saya nanti.

Maksud dari sendal berkualitas adalah pengkiasan bagaimana Tuhan sudah memberikan manusia masing-masing jodohnya. Tidak pernah salah dan tertukar seperti sinetron atau novel fiksi. Sendal berkualitas adalah pria/ wanita yang menjaga kebaruan "sendal"-nya masing-masing. Agar kelak nanti pasangan yang asli (jodoh) benar-benar mendapatkan "sendal" yang bagus dan bersih.

Bukan bermaksud untuk melarang pacaran, karena saya bukan orang yang benci berpacaran. Namun dari pengibaratan "sendal" baru dan lawas, setidaknya berpacaranlah yang serius, agar ia benar-benar menjadi "sendal" yang kamu dan ia harapkan. Kasihan jodoh kalian nanti jika kamu kerap gonta-ganti pasangan.

Ibarat "sendal" baru yang diberikan Tuhan tapi sudah dipinjam banyak orang. Kalau satu atau dua orang masih mending karena tidak terlihat rusak begitu parah, nah kalau sering dipinjam orang kan nanti "sendal" yang seharusnya milik si-A menjadi tidak layak pakai.  Lebih parah lagi kalau "sendal" tersebut jebat (tidak bisa digunakan).

Bagaimana jodoh kalian yang terpaksa mengetahui kalau jatah "sendal"-nya demikian? Sekali lagi "sendal" bukan hanya kiasan untuk perempuan. Lelaki pun demikian, meski tanda jebat-nya sulit diidentifikasi.

Generasi Milenial

Saya baru saja membaca sebuah artikel (detik.com) di beranda facebook yang di-share oleh salah satu teman. Isi-nya tentang fenomena pemuda generasi milenial yang doyan selingkuh di usia produktif (20-27) tahun. 59% lebih di antaranya adalah seorang wanita yang lebih suka selingkuh dengan alasan berbagai macam. Seperti kemapanan, adrenalin/ tantangan, kurangnya komunikasi, dan lain sebagainya.

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung lebih setia dengan pasangannya.

Tak heran jika sekarang satu orang bisa mempunyai banyak pasangan tanpa diketahui yang lainnya. Kemudahan alat komunikasi memberikan jalan generasi milenial untuk terus mengembangkan gairah percintaannya kepada siapapun. Bahkan anak SD sudah banyak yang mempunyai pacar. Apakah anda yakin dia akan langgeng sampai pernikahan? Jawabannya 0,0000001%. Dan mereka rela menjadi "sendal" yang dipinjam dari yang sebenarnya jodoh orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline