Lihat ke Halaman Asli

Kavya

TERVERIFIKASI

Menulis

Saatnya UMKM Naik Kelas dengan Melek Digital

Diperbarui: 4 Maret 2021   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para Chef dan Pelaku Usaha Pastry tingkatkan ilmu di dapur Bareca (Foto : Ist) (Foto: Ist/dokpri)

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai penolong perekonomian yang sedang dalam fase krisis. Kini di tengah wabah Covid-19 yang entah kapan berakhirnya, UMKM berada dalam posisi yang sebaliknya, butuh pertolongan.

Digitalisasi pun didengungkan sebagai solusi bagi para UMKM untuk dapat bertahan saat pendemi. Namun, hingga kini masih terbilang sedikit mereka yang masuk ke dalam ekosistem digital itu.

Tentu hal itu makin membuat UMKM terpuruk, karena kemampuan mereka bertahan juga ada batasnya, meski tak lalu diartikan pasrah dan menyerah. Ketangguhan UMKM sudah terbukti, dan kini di saat mereka butuh bantuan, tentunya ini merupakan hal yang tak bisa dikesampingkan begitu saja.

Usaha mikro mencakup jumlah 63,35 juta unit usaha dan menyerap sekitar 107 juta orang. Usaha kecil mencakup 783 ribu unit dan menyerap 5,8 juta tenaga kerja. Sedangkan usaha menengah mencakup 60,7 ribu unit usaha dan mencakup 3,77 juta tenaga kerja. 

Dapat dikatakan sekitar 117 juta tenaga kerja berada di sektor UMKM, dan ini setara dengan 43,3 persen penduduk Indonesia yang bergantung hidupnya pada sektor UMKM.

Menurut Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Ikhsan Ingratubun, omset UMKM di sektor non-kuliner turun 30 sampai 35 persen sejak pandemi Covid 19 merebak. Hal ini disebabkan sektor ini membutuhkan tatap muka secara fisik antara penjual dan pembeli. Mereka di antaranya yang berusaha di area pariwisata.

Faktor yang membuat UMKM sulit bekerja dari rumah adalah karena kurangnya akses yang menghubungkan pelaku UMKM dengan internet serta adanya beberapa pekerjaan mereka yang harus membutuhkan adanya interaksi fisik.

Survei Bank Indonesia pada November 2020 atas 2.970 responden UMKM menunjukkan ada 87,5 persen UMKM terdampak negatif pandemi Covid-19. Bagi 12,5% yang tidak terdampak negatif pandemi, sebanyak hampir separuhnya atau lebih menerapkan strategi penjualan secara daring, menambah variasi produk dan efisiensi biaya.

Banyak hal yang menyebabkan masih minimnya UMKM itu menggunakan aplikasi digital itu. Selain belum terbiasa menggunakan teknologi dalam keseharian membutuhkan sejumlah langkah adaptasi agar pola operasionalnya berubah, dari penjualan toko fisik ke platform di internet.

Adaptasi itu mencakup penggunaan aplikasi perpesanan di ponsel pintar dan perangkat lainnya, mengunduh aplikasi media sosial untuk mempromosikan produk, hingga menggunakan berbagai fitur e-commerce untuk operasional usaha. 

Di sinilah para UMKM tersebut perlu dibimbing dan mendapat pendampingan agar bisa mengembangkan kapasitas digital mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline