Lihat ke Halaman Asli

Kavya

TERVERIFIKASI

Menulis

Obah dan Mamah dari Sebuah Kafe

Diperbarui: 23 Februari 2021   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sudut KBE (foto : dok.KBE)

Sebuah karangan bunga menarik perhatian publik awal Februari 2021 lalu. Ditujukan kepada Bupati Banyumas, Jawa Tengah. Tulisan dalam karangan bunga kedua 2 x 2.4 meter itu berbunyi "Untuk Bupatiku, mungkin ini hanya dua hari, tapi bagi kami ini sungguh berarti, ora obah ora mamah pak (tidak kerja tidak makan pak) dari kami komentator instagram yang tidak dibalas.

Protes, sekaligus sindiran kepada Bupati Banyumas itu terkait dengan kebijakan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang memerintahkan adanya Gerakan "Jateng di Rumah Saja". Surat Edaran diberikan kepada Bupati dan Walikota se-Jawa Tengah pada 6 Februari 2021 lalu.

"Dilaksanakan secara serentak pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 6 dan 7 Februari 2021," ujar Ganjar dalam surat edarannya. Dalam SE tersebut masyarakat Jawa Tengah diimbau untuk tetap tinggal di rumah saja dan tidak melakukan aktivitas di luar lingkungan rumah pada tanggal tersebut.

 Terlepas dari Gerakan itu mendapat dukungan atau protes, hal yang menarik adalah pitutur atau peribahasa Jawa yang diselipkan di situ : Ora Obah Ora Mamah (Tidak bergerak Tidak Mengunyah (makan).

Ora Obah itu mengandung nasehat  bahwa rejeki dari Tuhan bukanlah sesuatu yang tergeletak begitu saja, tinggal dipungut dengan mudahnya. Semua harus diperjuangkan dengan tenaga dan pikiran. Kita harus bekerja keras untuk mendapatnya, untuk bisa mengunyah (makan).

Obah seperti itulah yang dilakukan oleh banyak industri kuliner di DI Yogyakarta untuk tetap bertahan di tengah pandemi yang belum tahu kapan akan berakhir.

Data dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) DIY hingga akhir 2019 ada 262 ribu pelaku UKM. "Jumlah ini didominasi usaha kuliner yang mencapai 40 persen," ujar Kepala Pembiayan Dinas Koperasi dan UKM DIY, Agus Mulyono.

Mengingat 80 persen usaha itu usaha mikro dan kecil, mayoritas juga terdampak pandemi. Jangankan untuk menjual, produksi saja sulit hingga banyak usaha tutup. Kondisi ini berpengaruh sangat besar bagi perekonomian DIY yang mengandalkan sektor wisata.

Geliat untuk bergerak, tak mau sekedar pasrah menanti pengunjung, pun harus dilakukan jika mau tetap bertahan. Seperti itu yang dilakukan oleh Ison Desi Satriyo, pemilik kafe bernama Kabar Baik Eatery (KBE).

"Kami tak sendirian menghadapi kesulitan ini. Harus obah. Memang ada yang mendapatkan bantuan, tapi banyak yang harus berusaha sendiri,"ujar Ison dalam suatu percakapan, minggu lalu di KBE yang berlokasi di Jl. Pamularsih No.152b, Ngabean Wetan, Sinduharjo, Sleman, Yogyakarta.

Obah yang dilakukan KBE antara lain dengan melakukan terobosan berupa sajian menu yang terjangkau dan jam operasi kafe yang lebih awal dari sebelumnya. Ruang untuk pengunjung pun dibuat lebih nyaman dan terbuka, seperti adanya sudut Corner Bags.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline