Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Pembayaran Digital di Indonesia dan Beberapa Negara Asia Lainnya

Diperbarui: 9 September 2021   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Diadaptasi dari: Going Digital: Payments in the Post-Covid World, The Economist Intelligence Unit, 2021, hlm. 6.

Gelombang berikutnya dari aplikasi super di Asia.

Keterangan:
Gojek: Mengumumkan merger senilai US $18 miliar dengan Tokopedia pada Mei 2021.
Grab: Mengusulkan untuk mengejar IPO SPAC senilai US $40 miliar pada 2021.
Paytm: Mengajukan rencana untuk IPO senilai US$2,2 miliar pada Juli 2021.
Flipkart: Diakuisisi oleh Walmart senilai US$16 miliar pada 2018.
Line: Memiliki 167 juta pengguna aktif bulanan di Jepang, Thailand, Taiwan, dan Indonesia (Q3 2020)
kakaopay: Meregistrasi transaksi senolai US $58,2 miliar pada 2020.
ZaloPay: Bagian dari VNG Corp, unicorn pertama Vietnam.

Catatan:
Unicorn: perusahaan rintisan sektor swasta yang bernilai lebih dari US$1 miliar.
IPO: Initial Public Offering (Penawaran Umum Perdana).
SPAC: Special Purpose Acquisition Company (Perusahaan Akuisisi Bertujuan Khusus).
Sumber: Tracxn; Briter Bridges; Business of Apps; The Economist Intelligence Unit.

Dalam artikel saya: Menjadi Digital: Pembayaran di Dunia Pasca-Covid, telah kita lihat bahwa seluruh dunia sedang menuju ke sistem pembayaran digital pasca Covid, dengan ulasan tentang perkembangan di AS, Eropa Barat, dan Asia, utamanya India, terlepas dari kenyataan bahwa populasi negara itu sebagian besar masih di pedesaan dan, oleh karena itu, masih bergantung pada transaksi tunai, namun pandemi telah mengangkat pembayaran digital, baik dari segi volume maupun nilai, ke tingkat yang jauh melampaui harapan para pembuat kebijakan yang memfasilitasi adopsi mereka.

Di Filipina, pemerintahnya sedang melakukan upaya bersama untuk mencapai masyarakat bebas uang tunai pada 2025 dan bertujuan untuk membuat setengah dari transaksi keuangannya menjadi digital pada 2023.

Sekarang mari kita lihat situasi di China, Jepang, Korea dan beberapa negara Asia Tenggara, antara lain Indonesia dan Singapura.

Model Aplikasi Super (Super App) China untuk Mendominasi Asia yang Sedang Berkembang
Sebuah pendekatan yang lebih radikal telah menjungkirbalikkan cara pembayaran di China dan semakin meningkat di bagian lain Asia. AliPay dan WeChat, yang aplikasinya menghubungkan HP pengguna ke rekening bank yang ada, muncul dengan peningkatan spektakuler dalam e-commerce China di perusahaan induk mereka, Alibaba dan Tencent, pada 2000-an.

Awalnya digunakan untuk pembelian dan pengiriman pesanan daring, AliPay dan WeChat berkembang menjadi "aplikasi super," platform-platform all-in-one yang menawarkan antar jemput, pengiriman makanan, layanan hiburan, dan berbagai produk keuangan, termasuk kredit dan asuransi.

Grab Singapura, Gojek Indonesia, KakaoPay Korea Selatan, dan Flipkart dan PayTM India bertujuan untuk membangun aplikasi super mereka sendiri.

Di China, tempat kelahiran aplikasi super, para pembuat peraturan sekarang menindak platform-platform yang sebelumnya diuntungkan karena pengawasan peraturan yang longgar sehingga mendapatkan keuntungan monopolistik dalam layanan keuangan dan e-commerce mereka yang terintegrasi secara vertikal.

Setelah mengizinkan penyedia pembayaran sederhana untuk tumbuh menjadi distributor utama produk keuangan, bahkan menawarkan deposito berbunga, para pembuat peraturan sekarang ingin membuat mereka tunduk pada pengawasan yang sama yang diterapkan pada bank. Ini mungkin termasuk persyaratan kecukupan modal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline