Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Mengenal Situs Megalitik Tutari, Mengungkap Peradaban di Papua

Diperbarui: 10 Mei 2018   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kali ini penulis masih menjelajah kawasan Danau Sentani. Di samping melakukan aktivitas pokok juga akan mengisi waktu luang untuk jalan-jalan melihat lokasi/objek yang layak menjadi bahan tulisan ringan di Kompasiana.

Kalau kemarin sudah mengunjungi wilayah Sentani Tengah, kini bergeser ke arah barat, tepatnya masuk ke Distrik Waibu, Sentani Barat, Kab.Jayapura. Di sini ditemukan sebuah situs prasejarah yang dikenal dengan sebutan Situs Megalitik Tutari.

Untuk menuju ke lokasi tersebut tidaklah sulit. Dari jalan Raya Sentani-Depapre  masuk pertigaan menuju arah Doyo Lama satu jalur arah menuju Kab.Sarmi, di situlah letak situs yang banyak memiliki nilai-nilai budaya/peradaban manusia masa lampau dan telah memberikan kontribusi dalam kehidupan masyarakat Papua.

Di kompleks situs megalitik yang berada di perbukitan ini ditemui banyak tinggalan prasejarah berupa lukisan gores menempel di bebatuan atau sering disebut lukisan cadas. Lukisan yang sebagian besar menggambarkan fauna/binatang-binatang di seputaran Danau Sentani masa lalu (ikan, buaya, dan lainnya) telah mengindikasikan betapa pentingnya arti lingkungan dalam kehidupan manusia.

Di antara beberapa lukisan yang tersebar di kompleks Situs Megalitik Tutari, ada empat lukisan pada batu berukuran besar yang nampak dilindungi, dilengkapi atap seng dan lebih diyakini sebagai simbol penting oleh penduduk setempat. Batu-batu besar tersebut dianggap sebagai lambang tokoh adat atau kepala suku.

Dalam komplek situs juga ditemui tinggalan sejarah berupa menhir yaitu batu-batu kecil dikitari pepohonan yang terkesan alamiah, menambah kesejukan lingkungan setempat. Menhir-menhir ini memiliki nilai magis disusun cukup rapi melambangkan sebagai leluhur yang selalu dihormati.

Untuk mengobati rasa penasaran guna memahami lebih jauh keberadaan situs, selanjutnya penulis mencari tahu dan sejenak menemui salah seorang arkeolog, Erlin Novita Idje Djami. Ia menyebutkan bahwa Situs Megalitik Tutari diperkirakan sudah ada sejak 2000-an tahun lalu. Situs ini merupakan salah satu peninggalan prasejarah yang memiliki banyak makna, terutama dilihat dari sisi perkembangan peradaban manusia masa lalu yang memberikan nilai hingga sekarang.

Dijelaskan pula, Situs Tutari ini secara umum menggambarkan kehidupan bahwa antara alam, manusia dan makhluk hidup di sekitarnya merupakan satu kesatuan dalam ikatan sebuah ekosistem yang perlu dilestarikan. Melalui proses kehidupan seperti itulah selanjutnya akan bermuara bagi kesejahteraan masyarakat.

Untuk mengungkap lebih jauh serta mengkaji nilai-nilai peninggalan masa lalu, menurut Erlin di kompleks Situs Megalitik Tutari perlu dilakukan ekskavasi (penggalian) lebih dalam. Melalui ekskavasi diharapkan bisa mengangkat data-data yang masih terkubur sehingga dapat menjelaskan fungsi ruang di atasnya. Data hasil ekskavasi akan dicatat, diklasifikasi awal berdasarkan kategori artefak, ekofak, fitur dan hasil perekaman data.

Sementara itu, peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Harisuroto yang berhasil dihubungi lewat telepon kemarin (9/5) mengatakan bahwa memang dalam waktu dekat akan dilakukan penggalian atau ekskavasi di kawasan Situs Tutari. Tim Peneliti Internal akan mulai ke lapangan sejak tanggal 14 Mei 2018 nanti hingga selesai.

"Diharapkan melalui serangkaian kegiatan penelitian dan pengkajian tersebut nantinya semakin menambah pengetahuan kita tentang seluk beluk peradaban nenek moyang zaman dulu sehingga akan menambah wawasan sekaligus memperkaya khasanah budaya kita," tambahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline