Lihat ke Halaman Asli

Jimmy Haryanto

TERVERIFIKASI

Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Puisi | Dari Langit Kelas Ekonomi

Diperbarui: 13 September 2017   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari langit dengan deru pesawat kutuliskan ini: terbayang engkau semua di bawah sana penduduk bumi. Tujuh setengah miliar jiwa menggeliat di berbagai negeri. Duaratus enampuluh juta di negeriku tak terkecuali. Hidup dengan kekayaan alam di negeri yang indah permai.

Terbayang ratusan tahun lalu engkau terhina dan terjajah tersakiti. Bahkan wanita-wanitamu diperkosa setiap hari. Dijadikan budak seks tentara penguasa yang tidak tahu diri. Jika mereka hamil maka bayonet akan menghujam keji di perutmu agar tidak meninggalkan bekas pada keturunan negeri.

Dari atas ini aku melihat negeri-negeri penjajah masih berseri-seri. Rakyatnya tetap makmur, bahagia dan penuh percaya diri. Mereka dengan penuh ironi memberi bantuan ke luar negeri tak terkecuali ibu pertiwi. Kekejaman masa lalu sepertinya sudah terlewati. Atau negeri terjajah tidak miliki cukup bukti.

Sementara rakyat di negeriku masih bermain petak umpet dengan korupsi. Tak terhitung berapa banyak politisi. Tak terkecuali ketua partai, bahkan ketua mahkamah konstitusi. Ada yang berani membersihkan negeri, malah kini dimasukkan ke dalam kandang jeruji dengan tuduhan keji. Karena tak temukan alasan terpaksalah dicari-cari. Tapi Tuhan tidak pernah berdiam diri. Di penjara dia dilindungi agar menjadi pribadi yang makin mumpuni.

Deru pesawat masih berbunyi. Aku ingat sosok bernama Jokowi. Dia menjadi walikota, gubernur dan presiden yang manusiawi. Teringat ucapannya di Cimahi. Katanya rakyat miskinpun bisa menjadi pemimpin negeri, dengan memberi contoh dirinya sendiri. Istrinya bernama Iriana sangat sederhana membuat banyak wanita pada iri. Mengapa wanita cantik isteri penguasa tertinggi bisa polos sederhana seperti ini. Pesona hati dan jiwanya justeru membuat harkatnya semakin tinggi. Anak-anak mereka hidup lebih unik lagi. Di masa lalu tawaran bisnis pasti muncul dari sana sini. Tapi malah pelayan restoran yang terjadi. Menunjukkan putera penguasapun bisa tetap rendah hati.  Gagal pula menjadi pegawai negeri tapi tidak membuatnya rendah diri. Bahkan tak merasa malu ada yang membuat film sendiri.

Deru pesawat masih terus di tempat tinggi tapi biarlah kuakhiri sampai di sini. Harapku menulis hanya ini: mari kita jujur, sabar dan berbesar hati. Kita lupakan dengki, benci dan iri hati. Mari kita bangun bersama ibu pertiwi dengan segenap jiwa dan sepenuh hati. Kiranya Tuhan yang baik menolong agar kita bisa perbaiki. Tekad tulus di dada sudah terpatri, sambil kita bernyanyi: bagimu negeri jiwa raga kami.

Dari langit di bangku kelas ekonomi, 11 September 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline