Lihat ke Halaman Asli

Jihaan Haniifah

Mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, yang gemar memasak dan belajar bersama

Meminimalisir Gangguan Perilaku pada Anak Berkebutuhan Khusus Melalui Cognitive Behavioral Therapy

Diperbarui: 7 Oktober 2021   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Anak berkebutuhan khusus (ABK) umumnya mengalamai permasalahan perkembangan yang berdampak berbagai aspek kemampuan. Lebih dari itu, beberapa kategori ABK juga memiliki masalah perilaku spesifik yang mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran. 

Penanganan gangguan perilaku pada ABK selama ini seringkali disamakan dengan masalah perilaku secara umum, yakni dengan menggunakan hukuman atau hadiah sebagai konsekuensi atas perilaku yang muncul. 

Lebih daripada itu, menangani perilaku menyimpang pada ABK perlu menerapkan metode yang lebih sistematis. Sebelumnya, telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa peran serta orang tua dalam menangani ABK berampak positif pada perkembangannya.

Merujuk pada teori-teori tersebut, tim pengabdian Universitas Negeri Malang mencoba menerapkan pada orang tua ABK di kota Malang. Gayung bersambut, PLA (Pusat Layanan Anak Berkebutuhan Khusus) Kota Malang berupaya menjembatani ide tersebut. 

Menindaklanjuti kesempatan tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Malang jurusan Pendidikan Luar Biasa menyelenggarakan workshop dengan tema "Pemberdayaan Orang Tua Dalam Menerapkan Program CBT (Cognitif Behavioral Therapy) Untuk Anak Berkebutuhan Khusus" yang diselenggarakan pada 24 Agustus 2021 di PLA Kota Malang. Workshop tersebut dinarasumberi oleh dosen-dosen yang memiliki kompetensi khusus seperti Muchammad Irvan, Ahsan Romadhon, dan Rizqi Fajar Pradipta. 

Dengan menerapkan protokol kesehatan penuh, kegiatan tersebut dibuka oleh Ibu Wahyurini selaku ketua Pusat Layanan Autis Kota Malang dihadiri oleh 30 peserta yang terdiri atas terapis anak berkebutuhan khusus serta orang tua. 

"Orang tua memiliki andil besar pada kualitas pembelajaran untuk anak-anak, melalui hubungan sinergis antara orang tua dan guru, hal ini dapat meningkatkan persentase keberhasilan dalam menangani ABK", pernyataan Wahyurini dalam sesi sambutan yang disampaikan. 

Pada sesi inti, tim pengabdian secara terkoordinir menyampaikan berbagai teknik-teknik penting dalam pelaksanaan CBT yang dapat diterapkan oleh orang tua di rumah. 

Orang tua juga dilatihkan menganalisis perubahan-perubahan perilaku berdasar milestone perkembangan, sehingga dapat mengklasifikasikan perilaku yang dianggap menyimpang pada anak. 

Irvan menyampaikan bahwa "kegiatan ini diaharapkan dapat meningkatkan kemampuan orang tua dalam memberikan intervensi pada ABK". "Melalui latihan yang intervensi yang intensif baik disekolah dan dirumah, progres perkembangan ABK akan meningkat lebih signifikan" tambahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline