Lihat ke Halaman Asli

Jhon Sitorus

TERVERIFIKASI

Pengamat Politik, Sepakbola, Kesehatan dan Ekonomi

Lese Majeste: Resesi hingga Gaya Hidup Sang Raja, Thailand Kian di Ujung Tanduk

Diperbarui: 26 September 2020   19:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjuk rasa pro-Demokrasi mengancungkan salam 3 jari menuntut reformasi pada tanggal 10 Agustus 2020 lalu di Bangkok, Thailand. Sumber: kompas

Thailand sedang tidak baik-baik saja terutama ditengah pandemic Covid-19 yang melanda seluruh dunia yang berdampak kepada ekonomi kerajaan Thailand itu sendiri.

Thailand merupakan salah satu negara yang telah resesi setelah ekonomi Thailand terkontraksi sebesar 12,2% pada kuartal kedua.

Kondisi ini merupakan situasi terburuk sejak krisis moneter melanda Asia pada akhir tahun 1990-an.

Aktivitas ekonomi yang memburuk ini salah satunya disebabkan oleh keputusan pemerintah untuk menutup negara Thailand dari perjalanan internasional karena wabah Covid-19.

Pada saat yang sama, situasi sosial dan politik Thailand semakin memanas setelah lebih dari 30.000 mahasiswa turun ke jalan untuk melancarkan kritikannya kepada pemerintahan monarki dan kerajaan Thailand yang selama ini untouchable (tidak bisa diprotes atau disentuh).

Usaha dalam bentuk demonstrasi massal ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2019, sejak penobatan sang Raja Maha Vajiralongkorn yang naik tahta setelah menggantikan ayahnya yang sangat dihormati oleh rakyat Thailand, Raja Bhumibol.

Amarah rakyat semakin menjadi panas setelah salah satu oposisi yang menjadi basis para gerakan aktivis millennial Thailand ini dibubarkan oleh pemerintahan Thailand karena menentang keras pemerintahan Perdana Menteri Prayuth Chan-o-Cha.

Partai Masa Depan Maju (Future Forward Thailand) yang dibekukan pada Januari 2020 lalu menentang sejumlah kebijakan dan kejanggalan pemerintahan Thailand yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan konstitusi negara Thailand. Pemerintahan yang berkuasa saat ini juga dianggap otoriter dan didominasi oleh kekuatan militer

Selama 5 tahuh sebelum pemilu diadakan pada tahun 2019 lalu, UU baru dirancang dibawah junta militer sejak Prayuth sukses mengkudeta pemerintahan sejak 2014 lalu dari tangan Yingluck Shinawatra, yang sempat digantikan 15 hari oleh Niwatthamrong Boonsongpaisan dari partai yang sama, Pheu Thai.

Prayuth kemudian terpilih di pemilu 2019 tetapi para demonstran meyakini hasil ini sudah diatur sedemikian rupa agar memenangkan Prayuth sebagai Perdana Menteri Thailand.

Lese Majeste, Pasal Karet tak Mengenal Ampun

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline