Lihat ke Halaman Asli

Jericho

Ini Jericho

Feminisme dalam Film "Wonder Woman"

Diperbarui: 6 November 2021   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.teahub.io 

Film DC pada tahun 2017, Wonder Woman yang disutradarai Patty Jenkins sekarang ada di bioskop dan mencapai debut $100 juta di akhir pekan pembukaannya, menjadi film laris terbesar yang pernah disutradarai oleh seorang Perempuan. Mungkin itu karena film pahlawan super ini adalah binatang yang berbeda dari film-film sebelumnya.

Dalam film ini, Wonder Woman tidak hanya menjadi ikon feminis. Namun ia mewujudkan rasa feminin dengan perdamaian, keadilan dan kecerdasan emosional dikombinasikan dengan bentuk superhero pada umumnya.

Dengan latar belakang interaksi pertama kali yang dilakukan oleh Wonder Woman dengan manusia diluar pulau yang sedang Perang Dunia Pertama, dapat terlihat bahwa ia memiliki kekuatan yang berasalah dari pulau Perempuan, yang meninggalkan Yunani kuno untuk melarikan diri dari perbudakan kaum laki-laki.

Seiring berjalannya film, Wonder Woman perlahan tapi pasti membebaskan genre superhero dari seksisme konyol selama puluhan tahun, tampak melakukan hal yang mustahil bagi Perempuan: Memimpin tanpa menjadi tidak disukai.

Langkah Awal Feminisme

Film dimulai dengan Putri Diana ketika muda yang tumbuh di antara sesama Amazon di Paradise Island, tempat berbatu dengan ruang yang cukup untuk pelatihan pertarungan. Lengkap dengan kekayaan kekuatan dan memiliki persenjataan yang memadai, seperti laso kebenaran, gelang ajaib, perisai serta pedang, dan senjata terbesarnya adalah tubuhnya sendiri, ia adalah manusia setengah dewa yang memiliki keterampilan bertarung yang handal.

Orang-orang Amazon digambarkan sebagai pejuang yang terhormat dan tangguh yang memberi sebaik yang mereka dapatkan. Namun, perempuan dalam film ini tidak semuanya baik-baik saja. Pada film ini terdapat tokoh perempuan yang menjadi antagonis, yaitu Doctor Poison. Ia adalah seorang ahli kimia yang bekerja dengan Jerman. Dia memiliki peran yang penting dalam film, karena adanya sifat dari perempuan yang berbanding terbalik dengan putri diana.

Namun sepanjang film Wonder Woman ini, merek feminisme yang mencuri perhatian bukanlah senjata yang dimilikinya, tapi adalah empati. Setelah mendarat di parit dari Pulau Paradise yang terisolasi, Putri Diana adalah karakter yang menghargai cinta di atas kebencian dan perdamaian di atas perang, dan ia pun merasa sulit untuk mengabaikan teriakan dari orang yang meminta minta tolong, dan memegang teguh moralnya bahkan ketika orang lain mencoba untuk menghalangi dia dari semakin jauh memasuki wilayah Jerman.

Pada satu titik dalam film tersebut, sekretaris Steve (Chris Pine) bertemu dengan Diana, ia tampak bingung dengan konsep seorang sekertaris. Diana mengatakan "Dari tempatku berasal, itu disebut perbudakan,". Diana saat itu sama sekali tidak mengerti apa-apa mengenai apa yang baisanya terjadi di dunia diluar pulau paradise.

Ketika ia diminta untuk mengganti pakaiannya karena pada saat itu pakaian yang dipakainya dianggap tidak mencerminkan seorang prempuan. Ia memprotes tentang penggantian pakaiannya "Aku tidak bisa bertarung dalam hal ini", "Ini gatal", dan "Ini mencekikku" kata Putri Diana, dia juga dikecewakan oleh para laki-laki. Pada saat itu ia dibenci oleh para militer Inggris, karena mereka memiliki kebencian terhadap wanita yang kaku, dan Diana juga tidak ragu untuk memberi tahu pria pertama yang pernah dia temui bahwa "Apa yang aku lakukan tidak bergantung kepadamu."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline