Lihat ke Halaman Asli

Jeniffer Gracellia

TERVERIFIKASI

A lifelong learner

Tradisi Membuat Bakcang ala Keluarga Saya dan Mandi di Sungai Kapuas

Diperbarui: 15 Juni 2021   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses membuat bakcang ala keluargaku | Foto milik pribadi

Hari ini tepat tanggal 5 bulan 5 tahun Imlek 2572 menurut Kalender Imlek adalah hari yang istimewa. Hari ini dirayakan sebagai Festival Peh Cun. Peh Cun dalam Bahasa Hokkien berarti "mendayung perahu", dimana pada hari ini dilaksanakan lomba mendayung perahu naga. Festival ini juga dikenal dengan sebutan Dragon Boat Festival atau duānwu jié (端午节).

Seiringan waktu, lomba mendayung ini sudah jarang ditemukan di sekitar saya. Namun di Kota Pontianak, festival ini dirayakan dengan tradisi Mandi Tengah Hari, dimana masyarakat berbondong-bodong mandi, berenang, dan bermain air di Sungai Kapuas untuk 'mencari' jenazah dari seorang menteri yang meninggal pada 278 SM. 

Selain itu, hari ini juga dirayakan sebagai Hari Bakcang dimana keluarga keturunan Tionghoa di Indonesia berkumpul bersama-sama untuk membuat dan menyantap bakcang yang nikmat, penuh dengan makna, dan berhubungan dengan jenazah yang disebutkan diatas. 

Potret Qu Yuan yang dipajang di Museum Nasional Istana, Taiwan | Foto diambil dari Britannica

Menteri yang melompat ke sungai

Qu Yuan (屈原) adalah seorang penyair dan menteri yang terkenal akan kebijaksanaan dan kesetiaannya untuk negara Chu (sekarang China) yang berdiri dari tahun 1030 SM hingga 223 SM. Dengan rasa nasionalismenya yang tinggi, ia berhasil memajukan negara Chu. 

Namun nasibnya berubah ketika seorang menteri yang korup memfitnahnya dan mempengaruhi Raja Huai. Karena itu Raja Huai mengusir Qu Yuan ke wilayah utara Sungai Han. Akhirnya niat jahat itu terbongkar dan Qu Yuan diangkat kembali menjadi seorang menteri.

Raja Huai yang turun tahta digantikan oleh Raja Qingxiang untuk memimpin negara Chu. Mirisnya, Qu Yuan difitnah lagi oleh seorang yang tidak menyukainya. Qu Yuan kembali diasingkan ke wilayah selatan Sungai Yangtze. 

Selama pengasingannya, ia menghabiskan waktunya dengan mengumpulkan legenda, menulis ulang lagu-lagu rakyat, hingga menulis puisi yang kelak menjadi karya sastra terbaik dalam sejarah China. 

Qu Yuan menggunakan puisinya untuk menumpahkan kecemasan dan ketakutannya akan nasib negaranya. Beberapa sumber menyatakan kekuatan negara Chu jatuh setelah Qu Yuan diasingkan.

Menurut legenda, karena kecemasan ini kesehatan Qu Yuan terus memburuk. Pada 278 SM, Qu Yuan mendapatkan informasi bahwa ibu kota negara Chu berhasil direbut oleh Kerajaan Qin. Qu Yuan kemudian melompat ke Sungai Miluo memeluk sebuah batu besar pada tanggal 05 bulan 05. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline