Lihat ke Halaman Asli

Legenda Wayang Orang Sriwedari

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13720274931332651934

[caption id="attachment_262421" align="aligncenter" width="300" caption="Arjuna Tinandhing, GKJ, 22062013"][/caption]

Didirikan di tahun 1911, kelompok wayang orang Sriwedari ini lah hingga sampai kini masih bisa kita saksikan. Diwaktu dan tempat saat kelompok wayang ini dipentaskan, pada saat Jakarta berulang tahun, 22 Juni 2013 dan bertempat di Gedung Kesenian Jakarta.

Ada kesan tersendiri  saat menyaksikan pertunjukan Wayang orang Sriwedari yang kini telah berusia 102 tahun. Pertama pertunjukan  dilakukan saat Jakarta malam itu sedang merayakan hari jadinya, sehingga untuk mencapai ke tempat acara harus menghindari kemacetan jalan-jalan rawan macet dan akhirnya sampai juga sebelum acara dimulai. Kedua pertunjukan yang di pentaskan di Gedung Kesenian Jakarta menambah suasana tontonan yang berkelas dari sekian tempat pertunjukan seni yang ada di negeri ini. Dengan sistem suara dan pencahayaan panggung, pertunjukan sangat nyaman ditonton selama dua jam.

Dibuka dengan tari gambyong oleh maestro penari jawa Nanik Suyanto yang sudah berusia 65 tahun sangat terasa aroma budaya jawa di kota metropolitan Jakarta. Sesuatu kesempatan besar yang saya dapatkan saat tarian itu dipertontonkan. Hanya berjarak dua baris dari panggung, begitu jelas gemulai gerakan tarian tersebut, meskipun saya tidak begitu faham banyak tentang tari gambyong.

Arjuna Tinandhing judul lakon yang dipentaskan pada malam itu, menambah kesan tersendiri. Saat-saat adegan perkelahian antara "man of universe" atau lebih dikenal "lelananging jagad" ( Arjuna ) dengan si Buto Cakil", setiap kelompok wayang orang/pemain yang ada biasanya punya aksi-aksi seru dan trik-trik sendiri sebagai ciri kas mereka. Tentunya hal ini menjadi  daya tarik sendiri. Satu hal lagi para pemain wayang orang Sriwedari semua masih muda-muda. Bahkan pemain Semar nya baru lulus SMA, luar biasa. Sekiranya patut diberikan penghargaan dan ruang untuk berkarya kepada seniman-seniman muda yang mau meneruskan warisan budaya ini.

Makna cerita yang sudah lama ini ternyata masih relevan hingga kini, dan saya yakin tidak ada rasa bosan jika di pertontonkan berkali-kali di berbagai tempat dan kesempatan. Yang pada inti ceritanya ada sesuatu yang disampaikan yaitu :  agar penguasa harus berpikir untuk kemaslahatan umat. Seorang pemimpin harus konsisten dan tidak bisa seenaknya mengambil kebijakan. Tentunya sangat sesuai dengan kondisi sosial, politik dan bernegara di negeri dongeng tercinta ini agar bisa tertata lebih baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline