Lihat ke Halaman Asli

Membela Penolakan TKA China dan Lunturnya Nurani Kita

Diperbarui: 20 Juni 2020   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koordinator Presidium Format Sultra, Jaswanto

Serba serbi pendapat menyeruak di publik menyoal kedatangan 500 lebih Tenaga kerja asing (TKA) asal negeri Tiongkok di Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara, perdebatan sengit itu pun bak pertarungan Pilpres lalu antara Jokowi dan Prabowo yang begitu seru dari awal hingga akhir pertarungan.

Sejumlah persepsi muncul dikalangan masyarakat dari yang mendukung hingga menolak kedatangan TKA China di bumi anoa Sulawesi Tenggara.

Tak sedikit kita dapatkan percakapan diruang publik yang ngotot tak berdasar membela kedatangan TKA dimasa Pandemi Covid-19, saat rakyat berjuang bersama memutus mata rantai penularan virus justru kehadiran TKA itu membuktikan ketidak seriusan pemerintah dalam menangani wabah.

Bagaimana tidak Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) No.494/2020 tentang pembatalan keberangkatan jemaah haji 1441 H/ 2020 M,  Pemerintah seolah tanpa beban memutuskan untuk tidak memberangkatkan jemaah haji tahun ini walau belum ada keputusan resmi dari otoritas pemerintah arab saudi karena alasan wabah Covid-19.

Lantas seberapa mendesak kehadiran TKA yang akan bekerja pada PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) dan PT Obsidian Stainless Steel (OSS) di Konawe Sulawesi Tenggara, sampai pemerintah lebih terlihat tegas membatalkan ibadah wajib umat islam ketimbang menolak kehadiran TKA asal negara virus itu berasal masuk di Indonesia.

Kalau alasan pemerintah semata untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi upaya mengurangi pengangguran pekerja kita, dan adanya alih teknologi kehadiran TKA, serta menjaga harmonisasi pada investor asing, lantas telah tercapaikah itu semua?

Coba kita telisik satu persatu, pertama benarkah kehadiran TKA berdampak dari peningkatan kesejahteraan masyarakat, jika melihat kondisi riil yang terjadi di sekitar lingkar perusahaan PT VDNI dan PT OSS sangat berbanding terbalik dari apa yang pemerintah gaungkan selama ini atas kehadiran perusahaan PMA itu, mulai jalan lingkar perusahaan yang tak kunjung ada perbaikan.

Padahal kita tahu akses jalan merupakan cerminan peningkatan kesejahteraan dalam menunjang lalu lintas ekonomi masyarakat, belum lagi keluhan masyarakat atas susahnya warga lokal untuk masuk bekerja di perusahaan tersebut, sampai harus membayar jutaan untuk bisa masuk bekerja.

Kedua, kehadiran TKA di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe benarkah telah memberikan transfer keilmuan pada pekerja lokal, sejak 5 tahun lalu keberadaan PT VDNI di Morosi belum memberikan kontribusi nyata adanya transfer keilmuan pada pekerja lokal terbukti hari ini kedua perusahaan PT VDNI dan PT OSS ngotot mendatangkan TKA nya karena alasan hanya mereka yang mampu mengerjakan pekerjaan.

Belum lagi TKA asal China yang di datangkan bukan murni tenaga skill, tak sedikit informasi kita dapatkan tentang TKA bekerja sebagai buruh kasar.

Para TKA yang didatangkan bekerja di Morosi Kabupaten Konawe juga tidak dibekali kecakapan bahasa indonesia sebagai penunjang tercapainya alih teknologi pada tenaga kerja lokal pendamping, padahal jika merujuk Permenaker 10 tahun 2018 pemberi kerja wajib memfasilitasi TKA untuk mendapat pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline