Lihat ke Halaman Asli

SOLUSI ALTERNATIF ANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN

Diperbarui: 13 November 2015   11:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ramai diberitakan kebakaran hutan dan dampak yang diakibatkan beberapa waktu lalu, banyak sekali bermunculan solusi mengatasi kebakaran hutan dan asap. Semuanya merupakan solusi yang muncul setelah terjadi kebakaran, bukan solusi tentang bagaimana supaya hutan tidak terbakar (baca : dibakar).

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dan mengobrol soal kebakaran hutan dan dampaknya dengan seorang mantan Kakanwil Departemen Transmigrasi era tahun 80an, Pak HMP Simatupang namanya. Rupanya beliau ini memiliki suatu solusi alternatif untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan, yang mana telah saya tuliskan sebagai berikut :

------------------------------------------------------------------------------------------------------

A S A P 
oleh HMP Simatupang 

Beberapa bulan belakangan sejak September 2014 hingga saat ini Indonesia kembali mengalami kebakaran hutan. Kebakaran hutan dapat terjadi secara alamiah atau akibat kegiatan manusia. Kebakaran hutan secara alami banyak dipicu oleh petir, lelehan lahar gunung api, dan dalam kondisi musim kering yang panjang gesekan antara pepohonan juga dapat menimbulkan percikan api. Kebakaran hutan juga dapat terjadi akibat kegiatan manusia antara lain dalam rangka membuka lahan untuk perkebunan atau karena kelalaian; tidak mematikan api unggun atau membuang puntung rokok yang masih menyala.

Di Indonesia, 99% kejadian kebakaran hutan disebabkan oleh aktivitas manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Hanya 1% diantaranya yang terjadi secara alamiah. Pembukaan lahan untuk perkebunan menjadi pemicu kebakaran hutan, karena mempunyai efek menguntungkan yaitu cepat dan menciptakan area yang subur pada lahan bekas terbakar.

Namun sesungguhnya kebakaran hutan membuat dampak yang buruk pada kehidupan manusia dan alam. Kebakaran hutan menyebabkan kematian dan kerusakan properti dan infrastruktur. Tak sedikit juga meminta korban jiwa manusia. Bahkan kebakaran besar tak jarang harus dilakukan evakuasi permukiman penduduk. Kebakaran hutan merupakan bencana bagi keanekaragaman hayati. Tak terhitung berapa jumlah spesies tumbuhan dan plasma nutfah yang hilang. Akibat rusaknya vegetasi menyebabkan hutan tidak bisa menjalankan fungsi ekologisnya secara maksimal. Kebakaran hutan juga menyebabkan hilangnya habitat bagi satwa liar penghuni hutan. Kebakaran hutan banyak melepaskan emisi karbon ke atmosfer. Karbon yang seharusnya tersimpan dalam biomassa hutan dilepaskan dengan tiba-tiba. Apalagi bila terjadi di tanah gambut, dimana lapisan tanah gambut yang kedalamannya bisa mencapai 10 meter ikut terbakar. Pengaruh pelepasan emisi ini ikut andil memperburuk perubahan iklim, meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi. 

Asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan berdampak langsung pada gangguan kesehatan, khususnya gangguan saluran pernapasan. Asap mengandung sejumlah gas dan partikel kimia yang menggangu pernapasan seperti seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3).

Di penghujung abad 20 dunia pernah dikejutkan dengan bencana kebakaran hutan. Pada tahun 1997-1998 ketika bencana el nino melanda, bumi kita kehilangan hutan seluas 25 juta hektar akibat kebakaran. Peristiwa ini berdampak langsung pada ekosistem global dengan naiknya emisi karbon dan hilangnya keanekaragaman hayati. Kebarakan hutan saat itu dianggap sebagai bencana lingkungan terbesar sepanjang abad. Dalam bencana tersebut Indonesia mengalami kehilangan hutan paling luas. Diperkirakan sekitar 9,7 juta hektar hutan Indonesia hangus terbakar. Kerugian yang diderita akibat bencana ini hampir mencapai US$ 10 miliar.

Kebakaran hutan di Indonesia telah terjadi sejak lama. Berikut ini data kebakaran hutan yang terjadi dalam kurun waktu 1980 s/d 2005 di Indonesia :

  • 1982 dan 1983 : 3,6 juta hektaree
  • 1987 : 49.323 hektaree
  • 1991 : 118.881 hektaree  
  • 1994 : 161.798 hektaree
  • 1997dan 1998         : 9,8 juta hektaree
  • 1999 : 44.090 hektaree
  • 2000 : 8.255 hektaree
  • 2001 : 14.351 hektaree
  • 2002 : 36.691 hektaree
  • 2003 : 3.745 hektaree
  • 2004 : 13.991 hektaree
  • 2005 : 13.328 hektaree

Tahun 2015 luas hutan dan lahan terbakar diperkirakan mencapai 1, 7 juta hektaree.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline