Lihat ke Halaman Asli

James P Pardede

Freelancer

Duka Kanjuruhan, Saatnya Kita Merenung dan Lakukan Introspeksi Diri

Diperbarui: 12 Oktober 2022   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tragedi Kanjuruhan (Foto : Kompas.com)

DUKA mendalam menyelimuti negeri ini ketika tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang menewaskan ratusan orang yang didominasi penonton pertandingan sepakbola antara Arema Malang melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.

Peristiwa ini terjadi tepat di peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan menjelang Hari Tanpa Kekerasan Sedunia yang jatuh pada hari Minggu (2/10/2022).

Untuk penanganan permasalahan ini, kita percayakan kepada aparat penegak hukum dan kepada keluarga yang kehilangan anggota keluarganya kita doakan agar tetap tabah dalam menghadapi musibah ini.

Menyikapi tragedi Kanjuruhan, ada beberapa hal perlu kita sikapi bersama. Sudah 77 tahun negara kita merdeka seharusnya kita sudah dewasa dalam banyak hal. Dan, kita baru saja memperingati Hari Kesaktian Pancasila, dimana dalam setiap sila Pancasila terkandung nila-nilai yang sesungguhnya bisa menjadi pedoman kita bersama menciptakan suasana damai, bersatu padu membangun negeri ini.

Sikap mau menang sendiri, dan menganggap orang lain rendah atau tak sebanding dengan kita adalah sikap pribadi yang salah dan sangat jauh dari nilai-nilai Pancasila. Padahal, di tengah-tengah keluarga kita sudah dibekali dengan sikap rendah hati dan menghargai sesama.

Sama halnya dalam menyikapi sebuah pertandingan, pasti akan ada yang kalah dan menang dan pada periode tertentu bisa imbang (seri). Sikap berjiwa besar dan menjunjung tinggi sportifitas adalah teladan yang sesungguhnya harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Memang, dalam kenyataannya ada saja muncul oknum yang menjadi pemicu atau kerap juga disebut sebagai provokator yang mencoba mempengaruhi orang lain agar mengikuti kemauannya. Bagi yang mudah terhasut dan terprovokasi, maka masuklah dia dalam kategori orang yang belum memiliki sikap tegas dan berjiwa besar. Akan tetapi, ketika seseorang sudah memiliki kemampuan dalam mengendalikan emosinya dan tidak mudah terpengaruh maka orang tersebut sudah masuk dalam kategori orang yang bisa menerima hasil sebuah pertandingan dengan berjiwa besar.

Tidak hanya pemain, penonton atau supporter sebuah pertandingan pun sesungguhnya harus berjiwa besar, siap menang dan siap kalah. Karena, kekalahan hari ini akan menjadi cemeti bagi seluruh pemain dan supporter agar ke depan bisa bermain lebih baik lagi. Sama halnya dengan yang menang, jangan langsung berpuas diri. Karena, mempertahankan sebuah prestasi akan lebih sulit daripada meraihnya kembali.

Berjiwa besar dalam menghadapi sebuah permasalahan termasuk menyikapi sebuah pertandingan, sangat erat kaitannya dengan pembangunan karakter dan pola pengajaran yang diterima dalam dunia pendidikan.

Karena pendidikan itulah yang bertanggung jawab terhadap pembentukan karakter individu, karakter kolektif masyarakat, dan karakter bangsa. Bila negara ini ingin maju secara jangka panjang yang harus dibangun adalah karakter warga negaranya. Jadi bukan sekadar membangun kepandaiannya saja. Ada pepatah bangunlah kehidupan, maka ekonomi akan ikut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline